Kamis, 18 Juli 2013

Laporan Singkat Kegiatan Chelsea Di Bangkok


Saya sudah berada di Bangkok selama 11 hari dan menghabiskan waktu selama satu minggu penuh hanya untuk Chelsea.

Entah apa yang ada di pikiran saya ketika akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Bangkok dan menetap di kota itu untuk 11 hari lamanya. Ini adalah kali ketiga saya berada di negeri orang hanya untuk menyaksikan tim kesayangan saya bertanding secara langsung. Pada 2008 dan 2011 lalu saya memilih Kuala Lumpur sebagai tempat untuk menyaksikan pertandingan Chelsea.

The Blues sebenarnya juga akan menyambangi Jakarta pasca Bangkok dan juga Kuala Lumpur, namun adanya ketidak pastian kala itu karena konflik antara sponsor utama dan pihak promotor membuat saya berspekulasi untuk membeli tiket pesawat berangkat ke Bangkok. Tentu saja saya tak akan melewatkan kesempatan untuk bisa menyaksikan tim kesayangan saya secara langsung.

Pesawat saya mendarat di Don Mueang International Airport pada hari Minggu, 7 Juli silam. Dan sejak tiba di sini, saya mencoba untuk memanfaatkan waktu yang sangat singkat untuk mengenal lebih dekat kota Bangkok. Hampir semua tempat yang wajib disinggahi turis di kota ini sudah saya sambangi. Dari Grand Palace, Wat Po, sungai Chao Praya, pasar Chaktuchak, pantai Pattaya, kawasan Pratunam (Tanah Abang-nya Bangkok), bahkan sampai jajanan kaki lima sudah saya telusuri satu-persatu. Tanggal 7-11 Juli kemarin adalah waktu saya untuk mengenal lebih dekat kota Bangkok.

Liburan saya terhenti sampai tanggal 11 Juli. Karena pada tanggal 12 Juli-18 Juli (hari ini) saya hanya akan fokus mengikuti Chelsea. Itu sudah menjadi komitmen saya sebelum akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Bangkok.

 Hari pertama Chelsea tiba di hotel Shangri-La Bangkok, Jose Mourinho didampingi Petr Cech dan juga Andre Shcurrle mengadakan konferensi pers di ballroom hotel. Penjagaan yang kurang ketat membuat saya berhasil menyelinap masuk ke dalam ruangan yang sebenarnya tertutup untuk umum itu. Tanpa menggunakan name tag wartawan dan juga tanpa membawa kamera SLR seperti kebanyakan orang yang hadir kala itu, saya sangat beruntung bisa duduk bersila di bawah meja tempat Mourinho duduk hanya untuk mendengarkan pernyataannya secara langsung. Jaraknya hanya sekitar tiga sampai lima meter. Saya cukup dekat dengan The Happy One.

Saya selalu berada di hotel tempat mereka menginap setiap harinya untuk bisa terus bertemu dengan mereka. Bahkan hanya untuk melihat Frank Lampard lewat di depan saya, itu sudah jauh lebih dari cukup daripada melihatnya hanya dari layar kaca. Lampard adalah alasan saya jatuh cinta pada tim ini, dulu.

Lampard adalah salah satu pemain Chelsea yang paling ramah, ia hampir selalu melayani fans yang meneriakkan namanya untuk minta tanda tangan bahkan untuk berfoto bersama. Saya beruntung bisa berfoto bersama pemain yang pernah saya idolai itu dan mendapatkan tanda tangannya.

Karena sering berada di hotel Chelsea, hampir semua kegiatan mereka pun saya tahu. Dari latihan rutin setiap pagi dan petang, jam berapa biasanya mereka makan, sampai acara khusus seperti signing session dan juga meet n greet. Selama lima hari, kegiatannya tak jauh dari situ.

 Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, yaitu pertandingan antara para jagoan akamsi (anak kampung sini) Singha All Stars vs Chelsea FC yang dilangsungkan di Rajamangala National Stadium pada 17 Juli kemarin. Saya tiba di stadion sekitar dua jam sebelum pertandingan dan Rajamangala sudah menjadi lautan biru kala itu. Hal yang menarik di sini adalah, saya hampir tidak melihat salah satu dari penonton yang datang ke stadion menggunakan jersey timnas Thailand untuk mendukung Singha All Stars. And I really don't know why.

Pangeran Siahaan benar, anda tak bisa mengharapkan pertandingan seru di hampir setiap tur pra musim. Untungnya ini bukan yang pertama kalinya bagi saya. Jadi saya mengatur mind set untuk tidak berharap banyak dan datang hanya untuk menyaksikan Chelsea bertanding. That's it. Ekspektasi saya memang tidak tinggi untuk pertandingan lucu-lucuan seperti ini. Untuk saya pribadi, menyaksikan tim kesayangan di lapangan secara langsung adalah sebuah kenikmatan tersendiri.

 Pertandingan yang berakhir hanya dengan skor 1-0 (itupun dari titik putih) itu layaknya sebuah pertandingan tenis bagi saya sebagai orang Indon. Saya yakin karakter orang Thailand tidak cocok untuk sebuah pertandingan sepakbola yang harusnya ramai dan gaduh seperti halnya di negara saya tercinta. Penonton baru berteriak jika ada penetrasi di kotak penalti atau bila bola hampir masuk ke dalam gawang, selebihnya mereka hanya diam. Persis seperti anda menyaksikan sebuah pertandingan tenis.

Hari ini adalah hari terakhir Chelsea berada di Thailand. Siang tadi adalah saatnya bagi mereka untuk meninggalkan kota ini, saya berkesempatan menyaksikan satu-persatu pemain dan staff klub turun dari lift untuk naik ke dalam bus yang akan membawa mereka ke airport.

 Mereka sudah tiba di Kuala Lumpur untuk meneruskan perjalanannya di Asia saat saya menulis artikel ini dengan menggunakan BlackBerry dari sebuah restoran masakan Thailand di airport Don Mueang. Untung saja saya tidak memutuskan untuk berangkat ke Malaysia untuk mengulang hal yang sama seperti di sini. Karena jam tidur saya berantakan selama saya berada di sini, saya memutuskan untuk menunggu mereka di Jakarta saja pekan depan sambil mengembalikan kebugaran badan saya.

Jadi saya akan hanya akan menyaksikan Chelsea menjajal Malaysia XI dari layar kaca saja sebelum kembali menyaksikan mereka bertemu dengan BNI Indonesia All Stars di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Sekian laporan singkat saya dari Bangkok. Sampai bertemu di laporan singkat lainnya pada lain waktu yang tidak ditentukan. Sawadee ka!

Source: www.bolatotal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar