Selasa, 05 Agustus 2014

Frank Lampard: Legend or Traitor?


Tidak ada yang pernah membayangkan seorang Frank Lampard dengan seragam kebanggaan Manchester City. Tidak Ada! Bahkan dirinya sendiri.

Beberapa hari belakangan, media sosial ramai membicarakan tentang Lampard yang akan bergabung dengan Manchester City. Hal ini menjadi perdebatan sengit, mengingat Lampard adalah pemain yang cukup loyal di Chelsea. Ia menghabiskan belasan tahun berkarir di London barat dan hampir memenangi segelanya di sana.

Opini fans Chelsea pun kini terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu yang tetap menganggapnya sebagai legenda, apapun klub yang dibela Lampard setelah tak lagi menjadi pemain Chelsea. Satu kubu lagi menganggapnya pengkhianat, karena bergabung dengan klub yang menjadi rival dalam perburuan gelar Premier League, Manchester City.

Which one are you?

Sebelumnya, mari kita cari tahu dahulu mengapa Lampard akhirnya harus rela menerima pinangan dari Manchester City. 

Hal ini diawali dari peraturan Chelsea yang memberatkan kontrak pemainnya yang berusia di atas 30 tahun . Jika kontraknya habis, sang pemain hanya akan diberikan perpanjangan kontrak selama satu tahun saja. Dan Frank sudah mendapatkan perpanjangan kontraknya tahun lalu. Sayangnya Chelsea tak memberikan selembar kertas untuk ditanda tanganinya lagi tahun ini, hal ini memaksanya keluar dari Stamford Bridge.

24 Juli 2014, Lampard resmi bergabung dengan New York City FC dengan status bebas transfer. Klub yang juga dimiliki oleh Sheikh Mansour itu adalah salah satu klub yang berlaga di liga Amerika Serikat: Major League Soccer. Nama MLS mulai mencuat ketika David Beckham memutuskan untuk membela LA Galaxy beberapa tahun silam, sejak itu banyak pemain ‘berumur’ yang mencoba peruntungan serupa di negeri Paman Sam tersebut. Sebut saja Thierry Henry, Mikael Silvestre, Kaka, dan pemain yang nantinya akan berbagi ruang ganti dengan Lampard, David Villa.

Sayangnya MLS baru akan dihelat pada Maret 2015 mendatang, dan hal ini membuat Lampard harus rela menunggu selama beberapa bulan sebelum memulai debutnya di NYCFC. Dalam hal kebugaran, tentu saja ini merupakan kerugian buat seorang pemain profesional. Lampard harus tetap berada di dalam kompetisi untuk menjaga kondisi tubuhnya selalu prima, ini tidak bisa didapatkan hanya dari berlatih saja. Ya, ia butuh bermain secara reguler.

Lampard dan Manchester City layaknya dua sejoli yang sedang menjalani hubungan LDR, sama-sama saling membutuhkan. Lampard butuh bermain dalam sebuah kompetisi untuk menjaga kebugarannya, sedangkan Manchester City butuh pengalamannya untuk ditularkan di ruang ganti jelang Liga Champion musim depan. Dan proses simbiosis mutualisme itu pun terjadi.

Manuel Pellegrini sudah memastikan bahwa Lampard akan bergabung dengannya di Manchester City sebagai pemain pinjaman sampai enam bulan ke depan. Dan fans Chelsea pun harus rela melihat salah satu legendanya dengan seragam kebangaan klub rival, sampai ia benar-benar kembali ke Amerika Serikat untuk menjalani karir barunya.

Buat saya pribadi, Lampard adalah seorang legenda. Bahkan jika saya harus melihatnya dengan seragam Manchester United sekalipun. Hal itu tentu saja tak akan menyurutkan kekaguman saya padanya, orang yang pernah sangat saya idolai dan membuat saya memutuskan untuk memilih Chelsea sebagai tim kesayangan. Ia sudah membuktikan loyalitasnya untuk Chelsea. Kepergiannya dari Chelsea jelas bukan kehendaknya, ia tahu bahwa waktunya sudah berakhir. Ini adalah resiko yang harus diambil seorang pemain tua dalam sebuah klub yang penuh dengan anak muda bertalenta emas.

13 tahun mengabdi bukanlah waktu yang singkat untuk seorang pemain bertahan di sebuah klub, di era sepakbola modern yang identik dengan uang. Torehan 211 gol membawanya berhasil memecahkan rekor Bobby Tambling, sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Chelsea, padahal ia hanya seorang pemain tengah.  Hal ini tentunya semakin menegaskan statusnya sebagai legenda klub, yang tak akan pernah lekang oleh waktu.

Frank Lampard, to me, remains an all time hero for Chelsea, no matter whichever club he decides to play for.

He's a legend. With or without the Chelsea shirt.

Selasa, 03 September 2013

Deadline Day Yang Tidak Terlalu Meriah


Mempunyai waktu dua bulan lebih untuk berbenah diri, entah kenapa baru di menit-menit jelang bursa transfer ditutup baru intensitas transfer mencapai puncaknya. Hal ini terjadi hampir di setiap bursa transfer, seolah sudah menjadi tradisi.

Jika alasannya hanya untuk mengejutkan para fans dan juga rival-rivalnya, well menurut saya deadline day Premier League di musim panas ini tidak terlalu meriah seperti deadline day di musim-musim sebelumnya.

Satu-satunya kabar yang mengejutkan di deadline day kali ini mungkin hanya kepindahan Mesut Ozil ke Arsenal. Selain karena alasan Arsene Wenger yang akhirnya mau belanja, harga Ozil yang jauh melampaui rekor transfer klub adalah kejutan besar bagi saya.

Arsene Wenger menghancurkan tembok filosofinya berkeping-keping, menggolontorkan uang banyak untuk mendatangkan Ozil (yang hanya lebih murah 7,5 juta Pounds dari Fernando Torres) adalah sebuah hal yang mustahil dan sulit dipercaya. Saya bahkan lebih percaya dengan adanya naga Loch Ness penghuni danau Loc di Skotlandia.

Sekedar perbandingan, Andrei Arshavin yang didatangkan pada Februari 2009 silam dari Zenit St. Petersburg dan memegang rekor transfer termahal, hanya berharga 15 juta Pounds. Harga Ozil yang nyaris tiga kali lipat Arshavin mampu membuat patung Thierry Henry di halaman Emirates geleng-geleng kepala.

Setelah mendapatkan tekanan yang bertubi-tubi dari tujuh penjuru angin yang memaksanya untuk ‘spend spend spend’ nyaris di sepanjang musim panas ini, Wenger pun akhirnya melunak. What happened, Professor? Mungkin ia hanya lelah.

Berita kepindahan Ozil ke klub yang tak mampu memenangkan apapun selama delapan musim terakhir adalah sorotan utama, apalagi Ozil lebih memilih pesawat untuk terbang ke London daripada ke Paris. Padahal Paris Saint-Germain memberikan tawaran gaji yang lebih besar dari Arsenal, dengan kemungkinan memenangkan gelar yang lebih besar pula.

Lalu bagaimana dengan berita transfer klub Premier League yang lain di deadline day? Marouane Fellaini yang akhirnya bereuni dengan David Moyes di Manchester United? Ah, tidak terlalu menarik untuk dibicarakan. Everton rela melepas si kribo hanya karena mereka sudah mendapatkan James McCarthy dari Wigan, that’s it. Selain itu, The Toffees juga berhasil mendapatkan Romelu Lukaku dan Gareth Barry dari Chelsea dan Manchester City dengan status pinjaman. Well done, Roberto Martinez.

Untuk ukuran deadline day di bursa transfer musim panas, deadline day musim ini memang tidak terlalu meriah. Setelah sekian lama menjadi pembicaraan hangat di sepanjang bursa transfer musim panas, tak ada nama Wayne Rooney dan Luis Suarez di deadline day. Padahal saya berharap adanya kejutan di menit-menit akhir. Ah, mengecewakan.

Source: www.bolatotal.com

Kamis, 29 Agustus 2013

Tak Ada Rotan Akar Pun Jadi


There’s always Plan B in every journey to get success.

Orang sukses adalah orang yang selalu punya rencana lain jika rencana awalnya dianggap menemui jalan buntu. Hal ini yang sedang dilakukan oleh pelatih Chelsea, Jose Mourinho.

Setelah mengejar-ngejar Wayne Rooney sepanjang bursa transfer musim panas, Mourinho tampaknya mulai berpaling dari striker gempal Manchester United itu. Apalagi Shrek mengisyaratkan akan bertahan di Old Trafford, bisa dilihat dari postingan di akun Facebook-nya yang berterima kasih pada para fans United pasca pertandingan menghadapi Chelsea.

Mengingat bursa transfer musim panas yang akan segera ditutup dalam hitungan hari, Mourinho mencari solusi lain untuk membuat lini depannya lebih bergairah. Pandangan Chelsea kini tertuju pada Samuel Eto’o, mantan striker hebat Barcelona dan Inter Milan yang kini bermain di Anzhi Makhachkala.

Rumor ini semakin menguat ketika Eto’o terlihat tiba di stasiun St Pancras di kota London pada hari Rabu malam waktu setempat, yaitu kira-kira beberapa jam yang lalu. Striker Kamerun itu tiba dengan menggunakan busana semi formal, menggunakan kemeja jeans dengan balutan jaket cokelat dan celana putih. Ia juga menggunakan boots dan topi untuk menutup sebagian wajahnya.

Kabarnya striker timnas Kamerun itu akan segera melakukan tes medis di Cobham, menyusul rekan satu timnya yang sudah resmi berbaju Chelsea, Willian. Meski sudah berusia 32 tahun, Eto’o masih dianggap cukup tajam. Di Rusia, ia mencetak rasio satu gol dari dua pertandingan, cukup lumayan untuk ukuran seorang penyerang dan jika dibandingkan dengan Fernando Torres.

Kedatangan Eto’o akan membuat perebutan tempat sebagai striker tunggal di Stamford Bridge akan semakin ketat. Sebelumnya Chelsea sudah mempunyai tiga orang striker. Selain Torres who can scores when he wants, masih ada Demba Ba, dan Romelu Lukaku. Empat kali peraih gelar pemain terbaik Afrika ini tampaknya hanya akan dikontrak selama satu tahun, at least menunggu sampai Rooney mau berubah pikiran.

Mengapa pilihan jatuh pada Eto’o? Selain karena ia pernah bekerja dengan baik di bawah asuhan Mourinho di Inter, faktor pemilik Anzhi yang bersahabat dengan Roman Abramovich juga menjadi alasannya. Belum lagi Guus Hiddink yang memang punya hubungan sangat baik dengan Chelsea, ia mungkin tak keberatan kehilangan Eto’o untuk klub lain yang pernah ada di hatinya.

Di Chelsea, kabarnya Eto’o rela gajinya dipotong sebanyak 10 juta Pounds per tahun. Di Anzhi ia mendapatkan bayaran 17 juta Pounds, terlalu mahal untuk pemain dengan usia di atas 30 tahun sepertinya yang sudah mulai dimakan usia.

Kedatangan Eto’o juga mempunyai dampak positif bagi lini depan Chelsea, tiga orang striker sebelumnya akan bekerja lebih giat untuk bisa mencuri hati sang pelatih untuk menjadi pilihan utama. Yang pasti kedatangan Eto’o nanti akan membuat skuat Chelsea menjadi semakin lengkap, dengan komposisi pemain seperti ini hampir tidak mungkin jika mereka tak mampu menghadiahi satu trofi pun ke rumah Abramovich di akhir musim nanti.

Eto’o is not a bad choice, he’s pretty good Plan B.

Source: www.bolatotal.com

Selasa, 27 Agustus 2013

Mencari Hal Positif Dari Pertandingan Yang Membosankan


Jika laga ini dihelat di Indonesia, pertandingan yang mempertemukan Manchester United dan Chelsea ini akan bertajuk ‘Super Big Match’. Udah Big Match, pake Super pula. Luar biasa.

Sebagai salah satu fans dari tim yang bertanding, laga ini tentunya sudah saya nanti-nantikan. Oleh karena itu saya rela begadang alias tidak tidur sama sekali untuk menyaksikan pertandingan ini. Pertemuan kedua tim memang selalu menarik untuk disaksikan, nyaris satu dekade belakangan keduanya bersaing untuk menjadi yang terbaik di Inggris.

Waktu menunjukkan pukul 12 malam lewat sedikit ketika saya memutuskan untuk berangkat menuju sebuah venue nonbar di sebuah café di daerah Pancoran. Sesampainya di sana, TKP sudah penuh sesak dengan para fans MU dan juga Chelsea yang menggunakan jersey grade ori. Jersey grade ori-nya, kakak?

Semakin mendekati jam kick off, suasana di dalam café pun semakin ramai. Saya hampir tidak punya spasi lagi untuk bisa bergerak dengan leluasa, hal ini mengingatkan saya pada bus kota di jam pergi dan pulang kantor. Padat. Café yang nyaris tak memiliki ventilasi ini membuat udara di dalam semakin sesak, pendingin ruangan yang ada di dalam café tak sebanding dengan banyaknya manusia yang datang. Ditambah dengan asap rokok dari para pengunjung, lengkap sudah penderitaan saya sebagai perokok pasif.

Ekspektasi saya ternyata terlalu tinggi, sampai pertandingan berakhir tak ada satupun gol yang tercipta. Okelah jika memang tidak ada yang mampu mencetak gol, at least ada drama di pertandingan tersebut kek. Jose Mourinho yang memaki-maki wasit dan harus diusir dari lapangan, misalnya. Atau John Terry dan Rio Ferdinand yang terlibat adu gulat di dalam lapangan karena masalah keluarga. Ah, mungkin khayalan saya saja yang terlalu berlebihan.

Sebagai orang yang bela-belain begadang, berdiri sepanjang pertandingan, di tengah udara panas, dan mata perih karena asap rokok, pertandingan semalam cukup mengecewakan. Karena saya berharap ada sesuatu yang lebih seru untuk bisa ditulis di dalam artikel ini. Meski cenderung membosankan, saya akan mencoba untuk mencari beberapa hal positif dari pertandingan tersebut:

1. Wayne Rooney Diturunkan Sebagai Starter Dan Bermain Dengan Sepenuh Hati

Setelah hanya menjadi pemain pengganti di pertandingan perdana, Rooney dimainkan oleh David Moyes sebagai starter di pertandingan ini. Hal ini tak akan menjadi perhatian saya jika pertandingan ini bukan menghadapi Chelsea, tim yang ngebet ingin mendatangkan dirinya. Dan yang lebih membuat saya kagum adalah ia bermain dengan sepenuh hati, saya bisa melihat dari ekspresi wajahnya. Berbeda dengan apa yang terjadi ketika United mencukur Swansea di Liberty Stadium, saat itu ia tak merayakan gol bersama rekan-rekannya meski mencetak dua assist. Apakah ini adalah sinyal bahwa ia akan bertahan?

2. Chelsea Yang Bermain Tanpa Striker

Entah apa yang ada di benak Mourinho, yang jelas di pertandingan ini ia melakukan improvisasi. Saya tahu benar bahwa ia merupakan pelatih yang tak terlalu suka memasang banyak striker dalam timnya, tapi tidak menggunakan satu striker pun? Ini hal baru. Saya cukup shock melihat line up Chelsea, satu jam sebelum pertandingan dimulai. Saya pikir Chelsea sedang menurunkan timnas Spanyol di pertandingan tersebut. Dan meski kesulitan untuk bisa mencetak gol, lini tengah Chelsea terlihat cukup variatif dalam membangun serangan. Sayang, penyelesaian akhir masih jauh dari harapan. Fernando Torres yang masuk di babak kedua pun tidak bisa banyak membantu. Seperti biasa.

3. John Terry Dan Frank Lampard Yang Masih Cukup Berguna

Dua pemain senior Chelsea ini menunjukkan bahwa mereka masih ada. Di pertandingan ini, keduanya memegang peranan penting di pos masing-masing. Terry beberapa kali berhasil mematahkan serangan yang dibangun oleh tuan rumah, sedangkan Lampard menjadi sentral di tengah lapangan dan mengatur irama permainan dengan baik. Meski berusia di atas 30 tahun, keduanya bisa menjadi panutan yang baik bagi para juniornya di dalam lapangan. Terry dan Lampard bukan pilihan utama di bawah asuhan Rafa Benitez musim lalu, namun Mourinho yang sangat mengenal keduanya mampu mengembalikan kepercayaan diri mereka untuk tetap bermain impresif musim ini.

4. David Moyes Menjanjikan Masa Depan Cerah Di Old Trafford

Selama tur pra musim, saya banyak membaca kata ‘Moyes Out’ di Twitter. Fans United garis keras yang shock ditinggal Sir Alex Ferguson tampaknya terlalu larut dengan kenyamanan dan trofi yang membuat mereka berpikir subjektif. Mereka tidak siap dengan regenerasi, tidak menerima kenyataan bahwa Ferguson sudah berusia lebih dari 70 tahun dan ingin menikmati masa tuanya sebagai kakek-kakek. Pergantian kursi kepelatihan dari Ferguson ke Moyes pun banyak dipandang sebelah mata, bahkan United sudah dicoret dari perburuan gelar juara karena hal ini, meski berstatus sebagai juara bertahan. Well, empat poin dari dua pertandingan sepertinya cukup memuaskan. Dan bermain imbang dengan Chelsea saya rasa bukan hasil yang buruk. Bukan begitu, fans United garis keras?

5. Clean Sheet Petr Cech Yang Ke-200

Di era Premier League, tak banyak kiper yang bisa mencapai prestasi ini. Cech baru saja mencetak rekor dengan berhasil mempertahankan gawangnya tidak kebobolan sebanyak 200 kali untuk Chelsea di pertandingan semalam. Gawangnya nyaris saja bergetar, jika tendangan keras Rooney dari jarak jauh tak berhasil ditepis olehnya. Selain Peter Schmeichel dan juga Edwin van der Sar, Cech adalah salah satu kiper terbaik yang pernah ada di era Premier League. Beruntung Chelsea memiliki penjaga gawang yang menggunakan helm padahal tidak sedang naik motor tersebut.

Tuan rumah mencatatkan 12 tembakan di pertandingan tadi malam, namun hanya 3 yang mengarah ke arah gawang. Sedangkan Chelsea hanya 8 kali, tapi setengahnya adalah shot on goal. Saya memberi credit pada Rooney dan Eden Hazard di pertandingan ini, karena pergerakan keduanya yang beberapa kali menjadi ancaman bagi lawannya masing-masing. Top class performers.

Untuk sebuah pertandingan ‘Super Big Match’, statistik tadi memang tidak terlalu mempesona, bahkan cenderung membosankan. Jika tadi malam anda ketiduran, atau bahkan lebih memilih untuk tidur, anda tidak akan pernah menyesal karena tidak menyaksikan pertandingan ini. Percayalah!

Source: www.bolatotal.com

Minggu, 25 Agustus 2013

Lini Tengah Chelsea Yang Penuh Sesak


Chelsea sudah memiliki banyak pemain tengah penuh talenta di skuatnya. Dan sepertinya hal itu belum cukup.

Tidak perlu mempunyai striker hebat yang rajin mencetak gol di setiap pertandingannya, karena tugas tersebut bisa dikerjakan dengan baik oleh para gelandang Chelsea. Di Premier League, saya yakin The Blues adalah tim yang mempunyai lini tengah paling menakutkan saat ini. Sebut saja: Frank Lampard, Juan Mata, Eden Hazard, Oscar, Kevin De Bruyne, Andre Schurrle, Ramires, Michael Essien, Marko van Ginkel, dan juga Victor Moses.

Lihatlah bagaimana lini tengah Roman Emperor didominasi oleh para pemain muda berbakat, dengan skill di atas rata-rata dan punya masa depan cerah. Dengan keadaan seperti ini saja, sulit bagi seorang pelatih sekaliber Jose Mourinho untuk mempunyai fixed squad di lini tengahnya. Apalagi ketika artikel ini dibuat, saya baru saja membaca di situs resmi klub tersebut bahwa mereka sudah mencapai kesepakatan dengan Anzhi mengenai transfer Willian.

WTF is goin’ on Chelsea? Sign another midfielder? Just FYI aja, Willian akan menjadi gelandang ketiga yang mereka datangkan di bursa transfer musim panas kali ini setelah Schurrle dan Justin Bieber. Eh, maksud saya Van Ginkel. Untuk apa menumpuk gelandang sebanyak itu? Apalagi sebenarnya gelandang adalah posisi yang mereka gak butuh-butuh amat.

Saya berdecak kagum melihat bagaimana lini tengah Chelsea mendominasi pertandingan saat mereka menjamu Hull City dan Aston Villa di Stamford Bridge. Lini tengah Chelsea terlihat sangat seksi, karena mereka bermain dengan sangat menghibur dan mampu menjadi solusi jika lini depan mandul seperti biasa. Tak memiliki striker tajam bukanlah sebuah masalah yang berarti di Chelsea, so jangan heran kenapa mereka masih mempertahankan seorang Fernando Torres sampai saat ini. Hehehe.

Jujur saja, skuat Chelsea saat ini nyaris sempurna. At least dari kiper sampai gelandang mereka punya pemain inti dan cadangan yang nyaris setara kemampuannya, di posisi itu mereka tidak akan kekurangan amunisi. Masalah mereka sebenarnya ada pada lini depan, Chelsea butuh seorang sosok striker yang piawai dalam hal mencetak gol.

Trio striker Chelsea saat ini, Torres, Demba Ba, dan Romelu Lukaku rupanya masih kesulitan untuk bisa menyarangkan bola ke gawang lawan. Padahal, memiliki sekumpulan gelandang spektakuler seperti apa yang mereka miliki saat ini seharusnya bisa membuat striker kacangan sekalipun mendapatkan sepatu emas di akhir musim nanti.

Lalu apa yang ada di benak Mourinho sebenarnya? Saya jamin pembelian Willian akan membuatnya semakin pusing menentukan siapa yang akan menjadi pemain inti di lini tengah timnya di setiap pertandingan.

Ini Chelsea, bukan timnas Spanyol yang dengan mudahnya memainkan False Nine dalam sebuah pertandingan. Iya, menumpuk gelandang dan tidak memainkan seorang striker pun? Formasi macam apa itu? Hih!

Source: www.bolatotal.com

Kamis, 22 Agustus 2013

Mencari Potongan Puzzle Yang Hilang


Jose Mourinho adalah sosok pelatih yang tidak pernah cepat puas. Dan sebagai fans Chelsea yang sok tahu, saya yakin benar akan hal ini.

Anda akan menjadi pelatih paling berbahagia di dunia ini jika memiliki sebuah tim dengan dukungan finansial tak terbatas dan kekuatan skuat yang lebih dari cukup. Mourinho beruntung bisa ditunjuk kembali menjadi pelatih di Stamford Bridge, karena dalam sejarah sepakbola hal ini jarang terjadi. Ibarat bercerai dengan mantan istri yang sudah lama ditinggalkan, sempat menikah beberapa kali dan akhirnya memilih untuk kembali rujuk dengan sang mantan istri. Aneh bukan?

Beberapa hal belum berubah ketika Mourinho memutuskan untuk kembali ke Premier League. Misalnya Roman Abramovich yang belum jatuh miskin, John Terry, Frank Lampard, Ashley Cole dan Petr Cech yang masih menjadi andalan di Chelsea, begitupun dengan Arsenal yang masih diarsiteki oleh Arsene Wenger dan masih juga tak mampu memenangkan apapun.

Ada satu hal lagi yang belum juga berubah sejak kepergian Mourinho pada 2007 silam. Chelsea masih menjadi salah satu kandidat kuat juara Premier League (bahkan musim ini diprediksi bisa mengatasi duo Manchester yang masih dalam tahap penyesuaian pelatih baru). Hal ini disadari betul oleh Mourinho, apalagi ia tak butuh waktu lama untuk bisa menyesuaikan diri, mengingat pemain-pemain andalannya dahulu saat ini masih berada dalam performa yang cukup baik.

Untuk menjadikan prediksi tersebut menjadi kenyataan, Mourinho tahu benar bahwa ia tak boleh lengah. Tancap gas sejak awal musim untuk menjauh dari kejaran para rival adalah salah satu caranya. Untuk bisa mewujudkannya, tentu saja ia harus fokus untuk selalu menang di setiap pertandingan. Dan di sinilah letak permasalahannya.

Jika anda beranggapan bahwa saat ini Chelsea berada dalam keadaan baik-baik saja karena bisa bermain dengan cukup menghibur di dua pertandingan perdana musim ini, saya berharap anda akan merubah cara pandang setelah membaca artikel ini. Karena menurut pengetahuan sok tahu saya, Chelsea belum lah sempurna. Dan jika sok tahu saya ini benar, Mourinho sadar betul akan kekurangan timnya saat ini.

 Kehadiran gelandang-gelandang muda nan gesit dan punya skill di atas rata-rata membuat pertandingan Chelsea selalu menarik untuk disaksikan. Jika anda menyaksikan dua pertandingan Chelsea dengan baik, anda akan berdecak kagum melihat bagaimana lini tengah Chelsea memperkosa pertahanan Hull City dan Aston Villa. Oscar, Eden Hazard, Ramires, Juan Mata, Andre Schurrle, Kevin De Bruyne, dan Marko van Ginkel membuat lapangan tengah The Blues menjadi bergairah dan punya kreativitas yang tinggi.

Oke. Masih belum juga sadar dimanak letak kekurangannya?

Baiklah. Mencetak empat gol dari dua pertandingan tentu saja merupakan hasil yang cukup memuaskan. Hal yang paling tidak memuaskan adalah ketika kita sadar bahwa keempat gol tersebut dicetak bukan oleh satupun striker Chelsea. Saat ini Mourinho mempunyai tiga pilihan di lini depan: Fernando Torres, Demba Ba, dan Romelu Lukaku. Secara bergantian pelatih yang pernah mencolok mata Tito Vilanova ini memainkan ketiganya di dua pertandingan dan masih belum mendapatkan jawaban dengan satu golpun.

Dari segi kualitas, ketiganya merupakan penyerang hebat. Namun entah kenapa, mereka tampak kesulitan untuk bisa menyarangkan bola ke gawang lawan. Dari ketiga pemain tersebut, hanya Lukaku yang terlihat cukup menjanjikan. Di pertandingan semalam, ia beberapa kali membahayakan gawang Villa. Ba yang dipercaya untuk menjadi starter malah lebih banyak offside-nya daripada tembakannya ke arah gawang. Sementara Torres hanya bisa gigit jari, namanya bahkan tak dimasukkan di daftar nama pemain cadangan karena penampilannya yang buruk di pertandingan perdana.

Tak heran jika Mourinho ngebet untuk mendatangkan Wayne Rooney dari Manchester United. Kebetulan kabarnya Shrek sedang tidak kerasan di Old Trafford, dari ekspresi wajahnya di pertandingan kontra Swansea kemarin sepertinya meyakinkan bahwa hal itu benar adanya.

Saat ini Mourinho sedang mencari potongan puzzle yang hilang untuk membuat Chelsea menjadi lengkap dan sempurna. Striker hebat yang bisa menjadi momok menakutkan bagi siapapun lawannya. Seperti halnya Didier Drogba, pemain yang pernah ia datangkan dan sukses di Stamford Bridge.

Pertanyaannya. Apakah Rooney adalah potongan puzzle yang hilang itu?

Source: www.bolatotal.com

Selasa, 20 Agustus 2013


Pekan perdana Premier League sudah berakhir. Seluruh tim sudah bertanding. Klasemen sementara sudah diumumkan.

Seperti yang sudah diprediksikan sebelumnya, tim-tim unggulan bisa meraih kemenangan. Kecuali Arsenal. Tim asal London Utara yang memiliki stadion yang mewah dan canggih itu.

Meski menang dengan tidak terlalu meyakinkan di kandang sendiri, Brendan Rodgers menunjukkan pada dunia bahwa dirinya tak salah menyingkirkan Pepe Reina dan memberikan kepercayaan pada Simon Mignolet untuk menjadi kiper utama Liverpool.

The Reds juga memperlihatkan bahwa mereka bisa meraih tiga angka dan mampu mencetak gol tanpa kehadiran Luis Suarez di dalam lapangan. Adalah Daniel Sturridge yang menjadi penentu kemenangan timnya di pekan perdana untuk menjadikan Liverpool sebagai kandidat kuat juara Premier League musim ini. Berlebihan? Maaf, saya hanya bercanda kok.

Manchester United menjawab semua prediksi buruk tentang mereka dengan kemenangan fantastis di kandang Swansea. Hasil buruk selama tur pra musim membuat mereka sempat dicoret sebagai kandidat juara musim ini, meski memegang status juara bertahan. Hey fans United, bergembiralah! Lupakan saja Wayne Rooney yang tak melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya di lapangan. Siapa yang peduli?

Prediksi buruk yang ditujukan pada United layaknya membangunkan macan yang sedang tidur. Apalah arti dari hasil buruk sepanjang tur pra musim jika mampu tampil konsisten di pertandingan yang sesungguhnya? David Moyes menjawab semua kritikan yang dialamatkan padanya dengan manis. Brace dari Robin van Persie dan Danny Welbeck mampu menyelamatkan muka pelatih baru mereka tersebut. Sekedar mengingatkan, they are Manchester United, they do what they want.

Andre Villas-Boas bisa tersenyum puas saat tim asuhannya memastikan tiga angka di Selhurst Park, kandang Crystal Palace. Tottenham unggul 1-0 berkat pemain debutan mereka Roberto Soldado. Striker Spanyol itu berhasil mengeksekusi bola dari titik putih setelah sebelumnya Dean Moxey melakukan handsball di kotak penalti.

Spurs seharusnya bisa menang dengan skor lebih banyak, selain Soldado yang mencetak gol kemenangan, debutan lainnya, Paulinho, juga tampil cukup bersinar di lini tengah. Seperti halnya Rodgers di Liverpool yang mencoba untuk move on dari Suarez, Villas-Boas rupanya tidak mau bergantung pada satu pemain saja. Pelatih asal Portugal itu ingin membiasakan diri untuk tidak menggunakan Bale, jaga-jaga jika pada akhirnya ia harus ditinggal oleh pemain timnas Wales tersebut.

Bagaimana dengan Chelsea? Tim yang digadang-gadang akan keluar menjadi jawara di akhir musim nanti karena kembalinya Jose Mourinho ini tampil cukup meyakinkan, khususnya di babak pertama. Menjamu Hull City di Stamfor Bridge, John Terry cs. menunjukkan bahwa mereka layak menjadi kandidat kuat juara.

Tampil tanpa Juan Mata sebagai creator serangan, Chelsea tetap tampil explosive. Kevin De Bruyne, Oscar, Eden Hazard, dan Ramires rupanya cukup kompak dipadukan dengan senior mereka di lini tengah, Frank Lampard. Chelsea tetaplah Chelsea, lini tengah mereka selalu menjadi solusi jika striker mereka menemui jalan buntu. Siapa yang peduli punya striker mandul, yang penting punya gelandang yang bisa mencetak gol. Yeah, right.

Dari semua tim unggulan, Manchester City yang bertanding paling akhir. Manuel Pellegrini menjalani debutnya di Premier League dengan cukup meyakinkan. Empat gol tanpa balas ke gawang Newcaste yang bermain dengan 10 pemain sejak babak kedua mengukuhkan posisi mereka di puncak klasemen sementara.

David Silva dan Sergio Aguero membawa City unggul dua gol di babak pertama, pasca turun minum giliran Yaya Toure dan Samir Nasri menambah pundi-pundi gol mereka. Look who’s back, United fans? Meski harus menyesuaikan diri dengan pelatih baru, City punya komposisi pemain yang cukup kuat untuk bisa merebut kembali trofi yang musim lalu dicuri tetangganya.

Setelah membahas tim-tim unggulan, mari kita kembali lagi ke Arsenal. Tim yang pernah menjuarai Premier League dengan tidak terkalahkan selama satu musim pada 2004 silam. Dan untuk pertama kalinya sejak 13 tahun, Arsenal mengalami kekalahan di pertandingan perdana Premier League. Dipecundangi dengan skor 3-1. Menghadapi Aston Villa. Di kandang sendiri pula. Luar biasa.

Arsenal yang tak bisa memenangkan apapun selama 8 tahun terakhir (dan membuat fans Wigan tertawa terbahak-bahak) memang sudah lama terlupakan dari kandidat juara. Meski mereka konsisten tercatat sebagai peserta di Liga Champion (bahkan perayaan kelolosan mereka musim lalu layaknya pemenang Liga Champion), Arsenal sering kehabisan bensin lepas di paruh musim. Gap skill antara pemain inti dan cadangan mereka adalah salah satu faktornya.

Menjadi pelatih terlama di Inggris saat ini rupanya tak membuat Arsene Wenger peka dan bisa membaca bahasa Inggris dengan baik. Poster bertemakan ‘Spend’ ‘dan Buy’ banyak terlihat di Emirates saat pertandingan berlangsung. Melihat keadaan yang terjadi saat ini, sepertinya Wenger harus mengganti filosofi dan cara berpikirnya. Apa susahnya membeli striker yang punya nama besar dengan harga yang agak mahal? Wong duitnya saja ada kok. Heran.

Sekedar mengingatkan, Arsenal berada di posisi 16 klasemen sementara saat ini. Iya, dua tingkat di atas zona degradasi.

Source: www.bolatotal.com