Selasa, 30 Juli 2013

Fans Chelsea Di Indonesia, Anak Tiri Di Negeri Sendiri


Saya adalah seorang fans Chelsea di Indonesia, dan apa yang baru saja terjadi tentu saja cukup mengejutkan saya.

Kedatangan Chelsea ke tanah air untuk yang pertama kalinya tak bisa menjadi alasan mengapa fans Chelsea di Indonesia merasa bak anak tiri di negeri sendiri. Selain penjagaan yang ketatnya seperti tali kolor yang baru dibeli, jadwal Chelsea di Indonesia pun terkesan terburu-buru dan sangat eksklusif.

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan yang dibuat oleh teman saya beberapa hari yang lalu, Rezky Agustyananto. Ada beberapa pertanyaan di artikel tersebut yang kemungkinan sedikit-banyaknya bisa saya jelaskan di artikel ini.

Datangnya Arsenal dan Liverpool beberapa hari sebelumnya ke Jakarta membuat fans Chelsea di Indonesia mempunyai ekspektasi yang paling tidak sama dengan fans Arsenal dan juga fans Liverpool. Namun kenyataannya ternyata jauh dari harapan, menemui Chelsea (selain di hari pertandingan) adalah hal yang hampir mustahil. Selain pemilihan hotel yang penjagaannya nyaris setara dengan LP Cipinang, jadwal mereka pun dibuat sedemikian rupa untuk tidak terlalu akrab dengan para fans.

Dari tiga tim Premier League yang mampir ke Jakarta di tur pra musim mereka tahun ini, hanya Chelsea yang mengeksklusifkan diri dengan tidak mengadakan open training session. Mengenai hal ini, saya tahu benar alasannya. Kebetulan posisi saya di official supporters club memungkinkan saya untuk berkomunikasi dengan pihak Chelsea langsung.

Tanggal 24 Juli pagi-pagi benar saya sudah berpakaian rapih, menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru saya berangkat menemani Presiden Chelsea Indonesia Supporters Club, Agung Santoso, untuk melakukan meeting dengan Graham Smith di lounge Grand Hyatt Hotel. Smith yang berprofesi sebagai Supporter Liaison Manager di Chelsea Football Club memang menjadi penyambung antara pihak Chelsea dan semua official supporters club mereka di seluruh dunia.

Kebetulan pada saat itu kami sempat menanyakan, mengapa Chelsea tidak mengadakan open training session seperti halnya Arsenal dan Liverpool beberapa saat yang lalu. Dan jawaban yang saya dapatkan sepertinya cukup membuat saya cukup tersentak, rupanya hal ini adalah rekomendasi dari pihak promotor sebelumnya. Security issue, katanya. Bah. Alasan yang aneh, menurut saya. Jika Arsenal dan Liverpool saja bisa, kenapa Chelsea tidak?

Kesulitan untuk bertemu pemain secara langsung sebenarnya bisa terobati, jika saja Chelsea mengadakan open training session sebelum pertandingan benar-benar digelar. Namun Smith menyatakan bahwa apa yang sudah dijadwalkan tidak bisa dirubah, ia sempat menunjukkan jadwal Chelsea selama di Jakarta kepada kami. Ya sudahlah, pikir saya. At least kami sudah mencoba semampu kami untuk bisa mengakomodir kerinduan teman-teman untuk bisa bertemu langsung dengan idola mereka. Pastinya tak hanya teman-teman, saya pun kecewa akan keputusan ini.

Sorenya, 30 orang dari official supporters club diberikan kesempatan untuk mengikuti acara Signing Session. Saya beruntung bisa terpilih untuk masuk ke dalam ruangan dimana para pemain sudah berkumpul dan duduk manis di belakang meja sambil membubuhkan tanda tangannya. Kejanggalan lain pun sempat terlihat di sini, karena kami sama sekali tidak diizinkan untuk berfoto dengan para pemain. Meski sedikit gusar, saya pun mengikuti permintaan panitia yang tak memperbolehkan kami mengambil gambar dengan para pemain idola yang sudah ada di depan mata kami itu. Beberapa orang memang berusaha mencuri-curi untuk berfoto, namun pihak keamanan selalu siap siaga untuk menggagalkan usaha mereka. Bayangkan saja, bahkan hanya untuk sekedar berfoto, kami harus main kucing-kucingan dengan pihak keamanan. Luar biasa.

Saya tahu benar bagaimana hangatnya acara Signing Session di Bangkok, hampir semua yang hadir kala itu berfoto dengan para idola mereka. Ya, kebetulan saya ada di Bangkok ketika acara itu digelar di sana. Tak hanya berfoto, bahkan ada beberapa adegan mencium pemain yang ramai dibicarakan di social media. Tampak seperti tak ada jarak antara pemain dan juga fans, sayangnya hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Jakarta. Miris.

Sebagai perbandingan saja, Chelsea menetap selama enam hari di Bangkok (12-18 Juli), lima hari di Kuala Lumpur (18-23 Juli), dan hanya dua hari di Jakarta (23-25 Juli). Karena selesai menjalani pertandingan, mereka langsung menuju ke Halim dan langsung bertolak ke London.

Sebagai fans Chelsea yang jumlahnya paling banyak di Asia (bahkan salah satu yang terbanyak di dunia), apa yang kami rasakan di Indonesia tentu cukup mengecewakan. Memang ini adalah kali pertama mereka menginjakkan kaki di negeri ini, tidak seperti Thailand dan Malaysia yang sudah berkali-kali mereka kunjungi beberapa tahun terakhir. Tapi tetap saja, kejadian ini membuat kami merasa dianak tirikan di negeri sendiri.

Source: www.bolatotal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar