Rabu, 19 Juni 2013

Dominasi Gila Sepakbola Matador


Perlahan tapi pasti, Spanyol menunjukkan pada dunia bahwa olahraga sepakbola di negaranya bukanlah sekedar bagaimana cara menendang dengan benar si kulit bundar. Mereka serius menekuni bidang olahraga ini, bahkan terlalu serius menurut saya.

Sebelum tahun 2008, saya pribadi tak pernah memperhitungkan dengan serius timnas sepakbola Spanyol di turnamen-turnamen besar. Bukan, bukan berarti mereka tidak tampil baik. Tapi entah mengapa, di level Eropa mereka selalu kesulitan untuk bersaing dengan tim-tim besar lainnya seperti Italia atau Jerman.

Saya mulai memberikan sedikit perhatian pada negara tersebut ketika saya menyaksikan sendiri Fernando Torres mencetak gol tunggal di final Euro 2008, yang memupuskan harapan Jerman untuk menjadi kampiun. Saat Iker Casillas mengangkat trofi pun, saya sempat bergumam dalam hati ‘Ah, menang hoki’.

Dinobatkannya Spanyol menjadi jawara Eropa pada 2008 silam setelah terakhir kali memenangi turnamen tersebut tahun 1964 tentunya membuat saya menganggap hal itu terjadi dengan kebetulan. Apalagi hal itu terjadi setelah mereka memenangi final hanya dengan gol semata wayang. Tentu tak mampu membuat saya takjub, saya yakin pun begitu dengan pemikiran orang-orang.

Sematan pemberian saya ‘Ah, kebetulan’ mulai berganti menjadi ‘Oh, mereka jago’ dua tahun setelahnya, ketika Casillas mengulangi adegan mengangkat trofi di akhir pertandingan final Piala Dunia. Berbekal status juara Eropa, Spanyol sebenarnya sempat tersandung di awal turnamen. Secara mengejutkan mereka harus takluk dari Swiss di pertandingan perdana babak grup, hasil ini bahkan sempat membuat saya tertawa mengejek. This is Africa, what can you do? Begitu pikir saya kala itu.

Kalah di pertandingan perdana rupanya membuat Spanyol bangkit. Bak macan tidur yang dibangunkan dengan cara dipecut oleh seorang anak kecil kurus kering yang mengira itu adalah kucing kampung, sang macan langsung menerkam dan menelan bulat-bulat si anak malang tersebut. Singkat kata, Spanyol berada di final perdananya di tingkat dunia dan berhasil mendapatkan trofi pertamanya pula. Jika anda mau sedikit rajin dan mengecek Wikipedia, Spanyol sebenarnya tak punya prestasi mentereng di Piala Dunia. Mayoritas prestasi mereka di tingkat dunia hanya sebatas babak grup saja. Prestasi terbaik hanyalah perempat final, itupun hanya tiga kali dari sepuluh kesempatan.

Era dominasi keemasan Barcelona rupanya sedikit-banyak membawa dampak positif bagi timnasnya. Dominasi pemain Catalunya membuat tim ini tak perlu waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan saling mengerti satu sama lain. Dari tim pelengkap turnamen, Spanyol menjelma menjadi tim yang paling ingin dihindari oleh lawannya jika mereka boleh memilih.

Dari ‘Oh, mereka jago’ akhirnya resmi berganti menjadi ‘Oke fix, mereka aliens’ setelah saya menyaksikan Spanyol memenangi (lagi) Piala Eropa di tahun 2012. Bukan hanya memenangi, sepertinya lebih dari itu, mereka mencukur habis salah satu kandidat juara lainnya, Italia, dengan skor 4-0. Dan menurut pengetahuan saya, Spanyol mejadi tim pertama yang berhasil back-to-back memenangi turnamen ini. Luar biasa. Tepuk tangan.

Oke, cukup sekian dengan tim senior. Mari kita beralih pada tim berondong di bawah 21 tahun.

Lain hal dengan seniornya, Spanish ABG juga mengulang prestasi serupa di level Eropa. Meski pernah satu kali menjuarai turnamen Euro U-21 di tahun 1998 silam, mereka sempat dipandang sebelah mata setelahnya. Mendapatkan inspirasi dari kakak-kakaknya, kini berondong-berondong ini pun memastikan diri menjadi yang terbaik di Eropa. Saya pun rela jam tidur saya tadi malam terpotong hanya untuk menyaksikan berondong-berondong brewokan ini  mencukur habis berondong-berondong mafioso de Italiano. Hasilnya? Anti klimaks. Skor 4-2 untuk Spanyol. And another back-to-back, exactly follow their seniors.

Meskipun memainkan sepakbola yang cenderung membosankan dengan tiki-taka berputar-putar depan-belakang kanan-kiri kesana-kemari, cara ini cukup sukses membuat lawan takluk dan kesulitan menemukan formula tepat untuk menghentikan dominasi mereka.

Sebenarnya ada yang lebih penting daripada sekedar melihat bagaimana Thiago Alcantara cs. mengajari Italia cara bermain bola sebagai tim. Saya pribadi mulai berpikir jauh ke depan. Jika tim muda Matador saja sudah sedominan ini, saya tak akan heran jika mencicipi tim senior nanti mereka akan mengulangi hal yang sama.

Salut untuk federasi sepakbola Spanyol yang tahu benar bagaimana cara menjadi yang terbaik di Eropa dan dunia, dan yang lebih penting lagi mempertahankan prestasi tersebut. Pembinaan pemain sejak dini adalah kuncinya.  Dan sepertinya kita perlu mengirimkan sejumlah anggota DPR yang rajin studi banding ke luar negeri dengan uang rakyat untuk mempelajari hal ini. Saya yakin rakyat Indonesia akan rela dan ikhlas seikhlas-ikhlasnya jika mereka menghamburkan uang negara untuk sesuatu yang lebih berguna daripada studi banding yang hanya berkedok jalan-jalan dan mendapatkan uang saku. Just FYI, anggota DPR komisi X yang membawahi olahraga dan pariwisata pernah kedapatan berfoto-foto dan membeli tiket pertandingan Real Madrid di Santiago Bernabeu, Spanyol. Padahal mereka mengunjungi negara tersebut untuk alasan studi banding dalam hal lain. Hahaha, shame on you, b*tches.

Oke, kembali ke masalah timnas sepakbola Spanyol. Saat ini tim senior sedang berlaga di Piala Konfederasi. Memang, artikel Pangeran Siahaan menuliskan bahwa turnamen ini adalah turnamen kelas dua dan hanya merupakan pemanasan jelang Piala Dunia. Tapi memenangi turnamen tersebut mampu membuat semangat para pemain untuk menjadi pemenang tetap terjaga. Membiasakan diri menang akan membuat anda mempunyai motivasi lebih untuk menjadi juara di semua pertandingan.

Dan jika pada akhirnya Spanyol yang keluar menjadi juara di turnamen ini, dan membuat keajaiban dunia dengan men-déjà vu-kan Piala Dunia di 2014 nanti, ada baiknya kita mulai memikirkan untuk mengirimkan timnas Spanyol menjadi perwakilan dunia untuk menghadapi turnamen yang lebih besar. Di turnamen antar planet, misalnya.

Source: www.bolatotal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar