Kamis, 08 Desember 2011

The Reasons Why

Entah postingan ini sebenarnya perlu atau enggak, penting atau enggak, tapi gue bodo amat dan tetap bertekad untuk menjelaskan dengan detail kenapa akhirnya gue memutuskan untuk 'ikut-ikutan' nge-blog.

Postingan ini adalah penjelasan dan keterangan dari alasan kenapa gue resmi menjadi blogger seperti yang sudah disinggung di postingan awal blog ini.

1. Characters On Twitter Is Very Limited


Di Twitter, kita gak bisa cerita panjang-panjang. Karena hanya tersedia 140 karakter dalam setiap postingannya, jadi ini adalah alasan utama kenapa gue memutuskan untuk (setidaknya, awalnya) mencari tahu apa itu blog sebenarnya. Seandainya saja Twitter punya karakter yang tak terhingga, kira-kira bisa dibayangin gak kaya apa ramenya timeline? *mendadak ngebayangin* Mungkin orang udah keburu tidur duluan baca satu postingan sebelum baca postingan-postingan yang lain.

2.  Blog Is A Must For A Writer

Meski tidak tertulis di dalam kitab perjurnalisan (sumpah gak ada kitab ini, gue ngarang) di Indonesia dan dunia atau di planet manapun, tapi sejauh yang gue tahu, setiap jurnalis biasanya punya blog. Seorang jurnalis yang tak mempunyai sebuah blog itu layaknya seorang prajurit tanpa senjata (perumpamaan yang aneh ya? Bodo!). Cerita sedikit, sebenarnya gue adalah lulusan sarjana seni, namun nasib membawa gue menjadi seorang jurnalis. Biasanya sesama rekan penulis yang gue kenal, pasti punya blog. Dan mungkin gue adalah satu-satunya penulis yang tidak punya blog, oleh karena itu gue memutuskan untuk punya blog, hanya agar bisa diakui sebagai salah satu dari mereka.

3. For A Counter

Berawal dari link yang pernah gue baca di Twitter, yang menghubungkan pada sebuah blog milik fans klub rival klub sepak bola kesayangan gue. Sebut saja dengan inisial klub rival tersebut adalah MU (lah, ketauan yah? Bodo!), dimana di blog tersebut berisi cacian dan makian yang ditulis oleh sang penulis dengan kata-lata kotor dan lucu (sumpah, lucu banget tulisannya) yang dialamatkan pada semua klub rival tim kesayangannya. Dimana lucunya? Yang paling lucu adalah, tulisannya menegaskan seperti layaknya ia lahir dan dibesarkan di kota asal klub kesayangannya tersebut. Padahal gue yakin, ketemu sama salah satu pemainnya secara langsung aja belom pernah (bukan mau sombong, gue udah ketemu seluruh pemain Chelsea, dua kali). Jadi blog gue akan menjadi counter buat siapapun nanti yang mencoba untuk menghina apapun yang gue sukai. Baik tim kesayangan, hobi, dan lain-lain (termasuk pacar kesayangan). *lah?*

4. For Sharing Minds

Blog kan ditulis untuk dibaca yah? Nah, gue nulis beginian itu untuk berbagi sama yang baca. Apapun yang menarik akan gue coba share di-blog, tentunya kalo gue punya waktu untuk nulis yah (secara jadwal gue padat, jadwal ngojek). Gue akan coba bagi apapun yang gue tahu, dari yang beneran gue tahu sampai yang sok tahu. Dan jika ada perbincangan atau bantahan mengenai apapun yang gue tulis di blog gue, dengan senang hati gue menerima kritik dan saran atau juga pembenaran jika memang gue salah.


Sekian dan terima kasih, sampai bertemu di postingan-postingan selanjutnya. Merdeka!

2 komentar:

  1. Merdeka juga bang! Hahaha...
    Bang, mau tanya nih. Cacian dan makian antara suporter klub satu dengan klub lainya itu harus/wajib ada ya bang? Pendapat abang sebagai jurnalis apa tuh bang?

    BalasHapus
  2. Sebagai salah satu suporter, menurut gue sih gak harus ada, dan gak harus dengan kata-kata kasar juga.

    Sebagai jurnalis, menurut gue harus ada, karena itu bumbu-bumbu dari pertandingan,asal masih dalam batas.

    BalasHapus