Rabu, 31 Juli 2013

Menemui Legenda Hidup Chelsea Di Bangkok Dan Jakarta


Nama Frank James Lampard akan selalu tercatat dalam sejarah Chelsea, dan saya beruntung bisa menemui legenda hidup klub tersebut secara langsung di Bangkok dan Jakarta.

Yang saya maksud dengan bertemu tentu bukan hanya sekedar melihatnya di depan mata saya, tapi sempat berbicara dengannya, menjabat tangannya, mendapatkan tanda tangannya, bahkan (yang ini mungkin cukup membuat banyak orang merasa iri, maafkan saya) sempat berfoto dengannya (di Bangkok dan juga Jakarta).

Saya adalah orang paling beruntung di dunia, karena bisa bertemu langsung dengan idola saya itu. Ya, Lampard adalah alasan mengapa saya mulai memperhatikan Chelsea di awal-awal masa kedatangannya dari West Ham United. Oleh karena Lampard juga lah saya menetapkan Chelsea sebagai tim favorit, lebih dari satu dekade silam.

Tur pra musim tahun ini bukanlah kali pertama saya melihatnya secara langsung, saya sudah pernah bertemu dengannya di tahun 2008 dan juga 2011 yang lalu di Kuala Lumpur. Tapi tur pra musim tahun ini adalah yang paling berkesan, karena ini adalah kali pertama pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Chelsea itu menginjakkan kakinya di Jakarta dan kali pertama pula saya berinteraksi langsung dengan beliau. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa.

Lampard adalah salah satu contoh pesepakbola yang komplit. Selain mempunyai wajah yang tampan dan prestasi yang cukup cemerlang, kehidupan pribadinya pun jauh dari berita miring alias relatif baik-baik saja. Hal yang cukup bertolak belakang dengan kapten Chelsea yang juga teman baiknya, John Terry.

Bagi saya, Lampard adalah kapten Chelsea yang sesungguhnya. Tanpa mengecilkan peran Terry di dalam skuat Chelsea, kehadiran Lampard mempunyai pengaruh yang tak kalah besar jika dibandingkan dengan sahabatnya itu. Dimana Terry ketika Chelsea benar-benar membutuhkannya? Liga Champion tahun 2012 mungkin bisa jadi salah satu tolak ukurnya. Terry melakukan tindakan konyol di semi final ketika harus melanggar Alexis Sanchez sehingga harus dikartu merah dan tak bisa bermain di partai final. Beruntung Chelsea masih bisa lolos ke final dan punya sosok Lampard sebagai kapten kedua, ia memegang peranan penting di final untuk memimpin rekan-rekannya berbalik unggul di kandang Bayern dan menjadi kampiun.

Tanpa bermaksud untuk membandingkan sifat keduanya. Menurut saya, Lampard punya sifat yang lebih simpatik dibandingkan Terry. Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri ketika Terry memilih khusus tiga fans cewek yang cantik-cantik untuk masuk menemuinya di dalam pintu hotel tempat Chelsea menginap di Bangkok, sementara puluhan fans lainnya hanya gigit jari melihat tiga cewek itu bisa berfoto cukup mesra dengan kapten Chelsea itu. Belum lagi foto kecupan hangat di pipi oleh seorang wanita cantik yang ramai dibicarakan di social media dan sempat menghebohkan itu. Ya ya ya. Terry gitu loh.


Lampard adalah salah satu pemain yang paling ramah ketika bertemu dengan para fans Chelsea. Selain Terry dan Fernando Torres (sayang saya tak bisa menemuinya tahun ini karena ia tak ikut dalam rombongan), Lampard adalah orang yang paling rajin menghampiri fans yang berkerumun untuk sekedar memberikan tanda tangan atau foto bareng. Saya membuktikannya sendiri ketika berada di Bangkok sekitar dua pekan yang lalu. Tak hanya sempat berfoto dengannya, saya iseng-iseng mencetak foto kami berdua dan kembali lagi untuk menemuinya untuk sekedar mendapatkan tanda tangannya. Hasilnya luar biasa, ia membubuhkan tanda tangannya di atas cetakan foto kami berdua.


Apa yang saya alami di Jakarta lebih luar biasa. Selain mendapatkan dua tanda tangannya di dua jersey Chelsea saya (satu pada jersey yang ditanda tangani oleh seluruh tim yang menghadiri Signing Session, satu lagi pada jersey yang saya gunakan siang itu), saya sempat berfoto dan berbincang-bincang dengannya setelah acara Signing Session. Paling tidak ini bisa mengobati kekecewaan saya yang tak bisa berfoto dengan satupun pemain Chelsea yang ada di depan saya ketika meminta tanda tangan mereka.


Saya dan dua orang dari official supporters club berkesempatan untuk memberikan Player of the Year award pada Lampard secara langsung di akhir acara Signing Session. Player of the Year award adalah pemenang hasil voting yang kami lakukan di web Chelsea Indonesia Supporters Club (www.chelseafc.or.id). Sebenarnya pemenang vote terbanyak adalah Juan Mata, namun karena gelandang timnas Spanyol itu masih dalam masa liburan pasca Piala Konfederasi, Lampard yang menempati posisi kedua berhak menerima penghargaan dari kami tersebut. Beruntungnya, tak hanya berkesempatan untuk memberikannya penghargaan secara langsung, kami juga sempat berbincang-bincang dengannya sekitar beberapa menit sebelum berfoto bersama dengannya.

Jika saja Lampard tidak diperpanjang kontraknya di Stamford Bridge satu tahun lagi beberapa waktu yang lalu, bisa dipastikan saya tak mungkin bisa bertemu dengannya di Bangkok dan juga Jakarta dan mengalami pengalaman yang luar biasa ini. Bagi saya, pemain jenius yang punya IQ di atas 150 ini adalah segalanya. Tanpa dirinya, mungkin saat ini saya bukanlah seorang fans Chelsea. Mungkin.

He’ll always be my super hero: Super Frankie Lampard.

Source: www.bolatotal.com

Selasa, 30 Juli 2013

Fans Chelsea Di Indonesia, Anak Tiri Di Negeri Sendiri


Saya adalah seorang fans Chelsea di Indonesia, dan apa yang baru saja terjadi tentu saja cukup mengejutkan saya.

Kedatangan Chelsea ke tanah air untuk yang pertama kalinya tak bisa menjadi alasan mengapa fans Chelsea di Indonesia merasa bak anak tiri di negeri sendiri. Selain penjagaan yang ketatnya seperti tali kolor yang baru dibeli, jadwal Chelsea di Indonesia pun terkesan terburu-buru dan sangat eksklusif.

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan yang dibuat oleh teman saya beberapa hari yang lalu, Rezky Agustyananto. Ada beberapa pertanyaan di artikel tersebut yang kemungkinan sedikit-banyaknya bisa saya jelaskan di artikel ini.

Datangnya Arsenal dan Liverpool beberapa hari sebelumnya ke Jakarta membuat fans Chelsea di Indonesia mempunyai ekspektasi yang paling tidak sama dengan fans Arsenal dan juga fans Liverpool. Namun kenyataannya ternyata jauh dari harapan, menemui Chelsea (selain di hari pertandingan) adalah hal yang hampir mustahil. Selain pemilihan hotel yang penjagaannya nyaris setara dengan LP Cipinang, jadwal mereka pun dibuat sedemikian rupa untuk tidak terlalu akrab dengan para fans.

Dari tiga tim Premier League yang mampir ke Jakarta di tur pra musim mereka tahun ini, hanya Chelsea yang mengeksklusifkan diri dengan tidak mengadakan open training session. Mengenai hal ini, saya tahu benar alasannya. Kebetulan posisi saya di official supporters club memungkinkan saya untuk berkomunikasi dengan pihak Chelsea langsung.

Tanggal 24 Juli pagi-pagi benar saya sudah berpakaian rapih, menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru saya berangkat menemani Presiden Chelsea Indonesia Supporters Club, Agung Santoso, untuk melakukan meeting dengan Graham Smith di lounge Grand Hyatt Hotel. Smith yang berprofesi sebagai Supporter Liaison Manager di Chelsea Football Club memang menjadi penyambung antara pihak Chelsea dan semua official supporters club mereka di seluruh dunia.

Kebetulan pada saat itu kami sempat menanyakan, mengapa Chelsea tidak mengadakan open training session seperti halnya Arsenal dan Liverpool beberapa saat yang lalu. Dan jawaban yang saya dapatkan sepertinya cukup membuat saya cukup tersentak, rupanya hal ini adalah rekomendasi dari pihak promotor sebelumnya. Security issue, katanya. Bah. Alasan yang aneh, menurut saya. Jika Arsenal dan Liverpool saja bisa, kenapa Chelsea tidak?

Kesulitan untuk bertemu pemain secara langsung sebenarnya bisa terobati, jika saja Chelsea mengadakan open training session sebelum pertandingan benar-benar digelar. Namun Smith menyatakan bahwa apa yang sudah dijadwalkan tidak bisa dirubah, ia sempat menunjukkan jadwal Chelsea selama di Jakarta kepada kami. Ya sudahlah, pikir saya. At least kami sudah mencoba semampu kami untuk bisa mengakomodir kerinduan teman-teman untuk bisa bertemu langsung dengan idola mereka. Pastinya tak hanya teman-teman, saya pun kecewa akan keputusan ini.

Sorenya, 30 orang dari official supporters club diberikan kesempatan untuk mengikuti acara Signing Session. Saya beruntung bisa terpilih untuk masuk ke dalam ruangan dimana para pemain sudah berkumpul dan duduk manis di belakang meja sambil membubuhkan tanda tangannya. Kejanggalan lain pun sempat terlihat di sini, karena kami sama sekali tidak diizinkan untuk berfoto dengan para pemain. Meski sedikit gusar, saya pun mengikuti permintaan panitia yang tak memperbolehkan kami mengambil gambar dengan para pemain idola yang sudah ada di depan mata kami itu. Beberapa orang memang berusaha mencuri-curi untuk berfoto, namun pihak keamanan selalu siap siaga untuk menggagalkan usaha mereka. Bayangkan saja, bahkan hanya untuk sekedar berfoto, kami harus main kucing-kucingan dengan pihak keamanan. Luar biasa.

Saya tahu benar bagaimana hangatnya acara Signing Session di Bangkok, hampir semua yang hadir kala itu berfoto dengan para idola mereka. Ya, kebetulan saya ada di Bangkok ketika acara itu digelar di sana. Tak hanya berfoto, bahkan ada beberapa adegan mencium pemain yang ramai dibicarakan di social media. Tampak seperti tak ada jarak antara pemain dan juga fans, sayangnya hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Jakarta. Miris.

Sebagai perbandingan saja, Chelsea menetap selama enam hari di Bangkok (12-18 Juli), lima hari di Kuala Lumpur (18-23 Juli), dan hanya dua hari di Jakarta (23-25 Juli). Karena selesai menjalani pertandingan, mereka langsung menuju ke Halim dan langsung bertolak ke London.

Sebagai fans Chelsea yang jumlahnya paling banyak di Asia (bahkan salah satu yang terbanyak di dunia), apa yang kami rasakan di Indonesia tentu cukup mengecewakan. Memang ini adalah kali pertama mereka menginjakkan kaki di negeri ini, tidak seperti Thailand dan Malaysia yang sudah berkali-kali mereka kunjungi beberapa tahun terakhir. Tapi tetap saja, kejadian ini membuat kami merasa dianak tirikan di negeri sendiri.

Source: www.bolatotal.com

Jumat, 19 Juli 2013

Menghadiri Gathering Fans Chelsea Se-Asia Di Bangkok


Fans Chelsea se-Asia berkumpul di sebuah pub di Bangkok pada 16 Juli kemarin untuk saling berkenalan, dan saya berkesempatan untuk hadir mewakili Indonesia di acara tersebut.

Sebagai bagian dari official supporter Chelsea di Indonesia, saya mendapatkan undangan untuk bertemu langsung dengan teman-teman official supporter dari negara-negara lain di Asia. Ini memang bukan kali pertama Chelsea mampir ke Bangkok untuk mengadakan tur pra musim, tapi gathering fans Chelsea se-Asia ini adalah untuk yang pertama kalinya.

Bertempat di The Londoner Brew Pub yang berlokasi di Sukhumvit Road 33, acara yang dimulai pada pukul 9 malam waktu setempat, berlangsung cukup meriah. Ketika rombongan dari Indonesia sampai di sana, hampir semua bangku yang ada di pub itu sudah terisi. Kami datang agak terlambat, sekitar pukul 10 lewat. Kebanyakan dari mereka sudah membaur untuk berkenalan dan bercerita satu sama lain. Mata saya pun menyapu sekeliling melihat yang hadir. Yang saya tahu, yang hadir berasal dari tuan rumah, India, Maldives, Hongkong, Cina, Macau, Vietnam, dan Indonesia.

Begitu kami datang, sambutan dari suporter tuan rumah cukup ramah. Chelsea FC Official Supporters Club Thailand atau yang biasa disebut Thailand Blues langsung menghampiri meja kami begitu kami duduk. Beberapa dari orang di antara mereka bahkan tak sungkan untuk mengajak kami ngobrol meski baru saja berkenalan.

Di samping meja kami ada kontingen dari India yang tergabung dalam Chelsea India Supporters Club. Dari semua suporter yang ada malam itu, mereka adalah rombongan yang paling meriah. Berbekal se-tower beer lokal di meja mereka, tujuh orang yang rata-rata brewok itu sibuk memeriahkan suasana dengan memimpin chants. Meski chants yang mereka tahu cuma itu-itu aja, saya mencoba mengikuti kemauan mereka.

Di sisi meja lainnya, ada fans Chelsea dari Macau. Beberapa dari mereka menarik perhatian saya, cewek-cewek putih bermata sipit dan bercelana pendek mampu membuat saya sempat berpaling beberapa kali untuk mencuri-curi pandang. Namanya juga laki-laki.

Namun yang menjadi pusat perhatian malam itu adalah seorang fans cewek suporter tuan rumah. Sehari sebelumnya ia berkesempatan untuk mengikuti Signing Session dan bertemu langsung dengan para pemain Chelsea, ia berfoto bersama John Terry dan berpose dengan mencium pipi kapten Chelsea tersebut. Terry yang memang terkenal leboy, tampak menikmati ciuman tersebut dengan wajah lugu menghadap kamera.


Cewek imut yang-saya-lupa-namanya-padahal-udah-kenalan-karena-susah-untuk-disebutkan tersebut menjadi artis dadakan di acara gathering fans malam itu. Saya pun tak malu-malu untuk mengajaknya berfoto bersama, sayangnya saya tak memintanya untuk mengulang adegan yang sama seperti waktu ia mencium pipi Terry. Hahaha, you wish.

Acara puncak malam itu adalah undian jersey dengan tanda tangan beberapa pemain Chelsea yang mereka dapatkan pada saat Signing Session. Orang yang beruntung mendapatkannya adalah cowok salah satu kontingen dari Macau.

Setelah acara puncak berakhir, kami pun berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Dan untuk ukuran orang yang baru saja mengenal satu sama lain, saya merasa semua yang ada di sana cukup akrab malam itu. Malam sudah semakin larut, kebetulan botol bir yang saya pesan pun sudah habis diminum. Kami berpamitan dan akhirnya meninggalkan pub sekitar jam setengah 1 pagi dengan mata yang merah karena mengantuk (sebotol bir tak akan membuat mata saya merah). Kebugaran fisik kami harus terjaga, karena keesokan harinya kami akan menyaksikan pertandingan Chelsea di Rajamangala National Stadium.

Kami bersepakat untuk mengadakan acara serupa jika suatu hari Chelsea menjadikan Asia sebagai tujuan tur pra musim mereka lagi. Tahun ini di Bangkok, mungkin saja dua tahun lagi diadakan di Indonesia. Mungkin.

Source: www.bolatotal.com

Kamis, 18 Juli 2013

Laporan Singkat Kegiatan Chelsea Di Bangkok


Saya sudah berada di Bangkok selama 11 hari dan menghabiskan waktu selama satu minggu penuh hanya untuk Chelsea.

Entah apa yang ada di pikiran saya ketika akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Bangkok dan menetap di kota itu untuk 11 hari lamanya. Ini adalah kali ketiga saya berada di negeri orang hanya untuk menyaksikan tim kesayangan saya bertanding secara langsung. Pada 2008 dan 2011 lalu saya memilih Kuala Lumpur sebagai tempat untuk menyaksikan pertandingan Chelsea.

The Blues sebenarnya juga akan menyambangi Jakarta pasca Bangkok dan juga Kuala Lumpur, namun adanya ketidak pastian kala itu karena konflik antara sponsor utama dan pihak promotor membuat saya berspekulasi untuk membeli tiket pesawat berangkat ke Bangkok. Tentu saja saya tak akan melewatkan kesempatan untuk bisa menyaksikan tim kesayangan saya secara langsung.

Pesawat saya mendarat di Don Mueang International Airport pada hari Minggu, 7 Juli silam. Dan sejak tiba di sini, saya mencoba untuk memanfaatkan waktu yang sangat singkat untuk mengenal lebih dekat kota Bangkok. Hampir semua tempat yang wajib disinggahi turis di kota ini sudah saya sambangi. Dari Grand Palace, Wat Po, sungai Chao Praya, pasar Chaktuchak, pantai Pattaya, kawasan Pratunam (Tanah Abang-nya Bangkok), bahkan sampai jajanan kaki lima sudah saya telusuri satu-persatu. Tanggal 7-11 Juli kemarin adalah waktu saya untuk mengenal lebih dekat kota Bangkok.

Liburan saya terhenti sampai tanggal 11 Juli. Karena pada tanggal 12 Juli-18 Juli (hari ini) saya hanya akan fokus mengikuti Chelsea. Itu sudah menjadi komitmen saya sebelum akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Bangkok.

 Hari pertama Chelsea tiba di hotel Shangri-La Bangkok, Jose Mourinho didampingi Petr Cech dan juga Andre Shcurrle mengadakan konferensi pers di ballroom hotel. Penjagaan yang kurang ketat membuat saya berhasil menyelinap masuk ke dalam ruangan yang sebenarnya tertutup untuk umum itu. Tanpa menggunakan name tag wartawan dan juga tanpa membawa kamera SLR seperti kebanyakan orang yang hadir kala itu, saya sangat beruntung bisa duduk bersila di bawah meja tempat Mourinho duduk hanya untuk mendengarkan pernyataannya secara langsung. Jaraknya hanya sekitar tiga sampai lima meter. Saya cukup dekat dengan The Happy One.

Saya selalu berada di hotel tempat mereka menginap setiap harinya untuk bisa terus bertemu dengan mereka. Bahkan hanya untuk melihat Frank Lampard lewat di depan saya, itu sudah jauh lebih dari cukup daripada melihatnya hanya dari layar kaca. Lampard adalah alasan saya jatuh cinta pada tim ini, dulu.

Lampard adalah salah satu pemain Chelsea yang paling ramah, ia hampir selalu melayani fans yang meneriakkan namanya untuk minta tanda tangan bahkan untuk berfoto bersama. Saya beruntung bisa berfoto bersama pemain yang pernah saya idolai itu dan mendapatkan tanda tangannya.

Karena sering berada di hotel Chelsea, hampir semua kegiatan mereka pun saya tahu. Dari latihan rutin setiap pagi dan petang, jam berapa biasanya mereka makan, sampai acara khusus seperti signing session dan juga meet n greet. Selama lima hari, kegiatannya tak jauh dari situ.

 Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, yaitu pertandingan antara para jagoan akamsi (anak kampung sini) Singha All Stars vs Chelsea FC yang dilangsungkan di Rajamangala National Stadium pada 17 Juli kemarin. Saya tiba di stadion sekitar dua jam sebelum pertandingan dan Rajamangala sudah menjadi lautan biru kala itu. Hal yang menarik di sini adalah, saya hampir tidak melihat salah satu dari penonton yang datang ke stadion menggunakan jersey timnas Thailand untuk mendukung Singha All Stars. And I really don't know why.

Pangeran Siahaan benar, anda tak bisa mengharapkan pertandingan seru di hampir setiap tur pra musim. Untungnya ini bukan yang pertama kalinya bagi saya. Jadi saya mengatur mind set untuk tidak berharap banyak dan datang hanya untuk menyaksikan Chelsea bertanding. That's it. Ekspektasi saya memang tidak tinggi untuk pertandingan lucu-lucuan seperti ini. Untuk saya pribadi, menyaksikan tim kesayangan di lapangan secara langsung adalah sebuah kenikmatan tersendiri.

 Pertandingan yang berakhir hanya dengan skor 1-0 (itupun dari titik putih) itu layaknya sebuah pertandingan tenis bagi saya sebagai orang Indon. Saya yakin karakter orang Thailand tidak cocok untuk sebuah pertandingan sepakbola yang harusnya ramai dan gaduh seperti halnya di negara saya tercinta. Penonton baru berteriak jika ada penetrasi di kotak penalti atau bila bola hampir masuk ke dalam gawang, selebihnya mereka hanya diam. Persis seperti anda menyaksikan sebuah pertandingan tenis.

Hari ini adalah hari terakhir Chelsea berada di Thailand. Siang tadi adalah saatnya bagi mereka untuk meninggalkan kota ini, saya berkesempatan menyaksikan satu-persatu pemain dan staff klub turun dari lift untuk naik ke dalam bus yang akan membawa mereka ke airport.

 Mereka sudah tiba di Kuala Lumpur untuk meneruskan perjalanannya di Asia saat saya menulis artikel ini dengan menggunakan BlackBerry dari sebuah restoran masakan Thailand di airport Don Mueang. Untung saja saya tidak memutuskan untuk berangkat ke Malaysia untuk mengulang hal yang sama seperti di sini. Karena jam tidur saya berantakan selama saya berada di sini, saya memutuskan untuk menunggu mereka di Jakarta saja pekan depan sambil mengembalikan kebugaran badan saya.

Jadi saya akan hanya akan menyaksikan Chelsea menjajal Malaysia XI dari layar kaca saja sebelum kembali menyaksikan mereka bertemu dengan BNI Indonesia All Stars di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Sekian laporan singkat saya dari Bangkok. Sampai bertemu di laporan singkat lainnya pada lain waktu yang tidak ditentukan. Sawadee ka!

Source: www.bolatotal.com

Rabu, 17 Juli 2013

Bidadari Yang Jatuh Di Bangkok


"Kau bidadari.. jatuh dari surga.. di hadapanku.. Eaaa.."

Demi mahluk apapun yang ada di planet Namec, petikan lirik lagu yang dibawakan oleh sekumpulan bocah tengil negeri sendiri itu benar-benar terjadi di dalam hidup saya.

Hari Minggu, 14 Juli 2013, pukul 13:55 siang, di depan resepsionis hotel Shangri-La Bangkok, adalah saat-saat yang tak akan mungkin pernah bisa saya lupakan seumur hidup saya. Sebagai seorang fans Chelsea, saya mengalami kejadian yang hampir tidak pernah dirasakan oleh seluruh fans Chelsea. Kejadian yang terjadi hanya dalam beberapa menit saja.

Meski hanya sebentar tapi entah mengapa saya merasa dunia saya sempat berhenti berputar saat itu. Sungguh merupakan perasaan yang luar biasa bisa bertemu dengan seorang bidadari.

Bidadari yang sebelumnya hanya saya saksikan dari layar kaca, kini ada di hadapan saya. Tak hanya sekedar bertatap muka, saya bahkan sempat bertukar senyum dan melakukan pembicaraan yang sangat singkat dengan sang bidadari.

Bidadari yang saya maksud adalah Eva Carneiro, dokter first team Chelsea Football Club. Cewek cantik berparas latin yang tidak begitu tinggi untuk ukuran orang bule ini sempat membuat bibir saya terkatup rapat beberapa detik. Sebelum akhirnya saya memberanikan diri untuk melontarkaan sedikit kata-kata.

Dari semua rombongan sirkus yang dibawa oleh Ron Gourlay, hanya nama Jose Mourinho dan Eva Carneiro lah yang ingin saya lihat secara langsung. Beberapa skuat inti Chelsea pernah saya temui di Kuala Lumpur pada tur Asia mereka di tahun 2008 dan 2011 silam, sebut saja John Terry, Frank Lampard, Petr Cech, dan Ashley Cole.

Sebagai fans Chelsea, melihat dua sosok itu secara langsung dari jarak yang cukup dekat adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

Secara pribadi, saya sudah cukup lama mengagumi sosok Eva. Selain karena ia sangat cantik, ia juga wanita yang pintar dan berprofesi sebagai seorang dokter (pengalaman pernah memiliki pacar seorang dokter cantik akan men-suggest otak saya dalam melihat dokter cantik lainnya untuk dikagumi). Alasan yang amat sangat logis untuk diterima akal sehat bagi saya.

Saya berterima kasih pada Andre Villas-Boas sebagai orang yang paling berjasa dalam menjadikan Eva sebagai idola, mantan pelatih Chelsea itulah yang memperkenalkan Eva ke publik untuk pertama kalinya ketika pada awal musim 2011-2012 resmi menunjuknya sebagai dokter first team Chelsea.

Eva sebenarnya sudah berada di Chelsea sejak 2009, namun paras cantiknya mulai dikenal banyak orang ketika ia terlihat tak pernah absen mengisi bangku cadangan Chelsea di setiap pertandingannya.

Dokter cantik blasteran Inggris-Spanyol ini sudah lama mengabdikan dirinya di bidang olahraga. Dari catatan CV-nya di website resmi Chelsea, ia pernah menangani timnas sepakbola wanita dan juga atletik Inggris sebelum direkrut oleh klub London barat itu. Lulusan Fakultas Kedokteran Nottingham University ini memastikan gelar MSc di bidang olahraga di London's Queen Mary University, setelah sebelumnya sempat menuntut ilmu di Australia selama dua tahun lamanya. Sebuah perjalanan yang cukup panjang untuk menuntut ilmu.

Eva adalah sosok yang spesial bagi saya. Mengagumi wanita cantik, pintar, dan terkenal adalah hal biasa bagi beberapa pria. Satu hal pasti yang baru saya ketahui dari wanita yang awalnya bekerja di tim reserve Chelsea ini, Eva punya sorot mata yang cukup tajam (setajam siletnya Feni Rose) dan mampu membuat detak jantung berhenti seketika jika bertatapan langsung dengannya. Percayalah!

Eva sedang bertanya letak salon hotel pada seorang resepsionis ketika saya berjalan perlahan untuk menyampirinya. Setelah mendengarkan jawaban dari sang resepsionis, ia pun membalikkan badan untuk mengikuti arah yang ditunjukkan padanya. Pada saat itulah saya tersenyum padanya sambil mengucapkan salam.

"Hello doctor Eva, may I take a pic with you?" begitu tanya saya setelah sepersekian detik membisu karena kagum melihat kecantikannya. Lamunan saya pun buyar seketika saat ia menjawab pertanyaan saya dengan mengatakan  "Sure, of course." Ah, saya beruntung bisa mendengarkan suara sang bidadari secara langsung. Yang saya ingat dalam memori, suaranya sangat lembut, berbanding lurus dengan kecantikan wajahnya.

Setelah mendapatkan ACC darinya, saya pun memberikan HP saya pada orang lokal yang sebenarnya juga menyadari kehadiran Eva kala itu untuk minta tolong diambil gambarnya. Sayangnya ia tak begitu paham menggunakan kamera yang ada di HP saya, oleh karena itu ia menitipkan HP saya pada orang yang ada di sebelahnya dan mencoba untuk mengambil gambar kami dengan HP miliknya. Kami sudah berpose, namun saya sibuk mengatakan "Hurry.. Hurry.." pada orang yang dititipi HP saya tersebut.

Dan sampai Eva mengatakan "I'm sorry, I have to go!" (karena melihat beberapa orang mulai menuju ke arahnya), anak muda lokal yang dititipi HP saya itu gagal mendokumentasikan gambar kami. Tentu saja saya sangat kecewa. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungan saya, pikir saya kala itu. Dewi Fortuna rupanya masih berpihak pada saya, orang yang saya mintai tolong sempat mengambil gambar kami menggunakan HP miliknya.

Hasilnya bisa kalian lihat pada foto di bawah ini. Meski Eva melihat ke arah kamera, namun saya tidak. Tentu saja karena sibuk mengatakan "Hurry.. Hurry.." pada orang yang dititipi HP sambil berharap ia sempat mengambil gambar saat itu. Bodohnya saya tidak tahu bahwa orang yang saya mintai tolong sempat mengambil gambar kami melalui HP miliknya.

Saya masih bisa merasakan kelentikan jarinya menarik lengan saya untuk berdiri rapat dengannya untuk segera berpose. Setelah selesai berpose, Eva pun langsung bergegas pergi meninggalkan saya dengan aroma tubuh yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Saya mengatakan "Thank you, Eva." sambil melihatnya berjalan menjauh, dan ia menjawab dengan senyuman paling manis di dunia.

Ingin rasanya mendadak pingsan hanya untuk sekedar mendapatkan pertolongan darurat dari seorang dokter cantik yang baru saja pergi meninggalkan saya. Untungnya saya tak akan berbuat hal senekat dan sememalukan itu untuk sekedar mencari-cari perhatian. Yang penting saya sudah bertemu langsung dengan wanita yang saya idolai, dan sempat diabadikan dalam satu gambar dengannya saja saya sudah sangat puas.

Chelsea akan menyambangi Jakarta pekan depan untuk menghadapi BNI Indonesia All-Stars. Ini berarti bidadari yang sama akan jatuh di kota kelahiran saya tersebut.

Karena sang bidadari sudah jatuh di Bangkok dan di hati saya sebelumnya. Eaaa..

Source: www.bolatotal.com

Kamis, 11 Juli 2013

Kisah Kolo Toure Si Penjual Kecap Nomor Satu


Kolo Toure menjadikan sepakbola sebagai mata pencaharian utamanya, sekaligus menjadi penjual kecap untuk penghasilan tambahan di Liverpool.

Kakak kandung Yaya Toure ini baru dua pekan lamanya resmi bergabung dengan Merseyside Red, dan di waktu yang masih amat sangat prematur untuk ukuran usia kandungan, ia sudah berbicara banyak tentang klub barunya dan juga mantan-mantan klubnya.

Toure bukanlah tipe pemain yang loyal. Dalam waktu empat tahun ia berganti jersey sampai tiga kali di negeri yang sama: Arsenal, Manchester City, dan Liverpool. Pemain seperti ini biasanya hanya mencari kesenangan pribadi semata, oleh karena itu bukanlah merupakan hal yang sulit bagi mereka bergonta-ganti klub dengan berbagai alasan.

Ada dua faktor besar yang mempengaruhi kepindahan seorang pemain sepakbola, yaitu uang dan trofi. Alasan kepindahan Toure dari Arsenal pada 2009 silam tentunya bisa diterima dengan akal sehat. Pastinya karena uang. Atau mungkin trofi. Atau mungkin karena ia mengejar uang ia tak sengaja mendapatkan trofi. Whatever lah ya.

Di Arsenal, terakhir kali ia memenangkan trofi adalah Piala FA, tahun 2005. Toure tak mau berjudi dan menunggu delapan tahun lamanya untuk bisa mengangkat sebuah trofi. Jika ia masih bertahan di North London saat ini, ia harus kuat puasa selama delapan tahun, itupun dengan catatan Arsenal berhasil memenangkan trofi musim depan. Jika tidak, Arsenal akan resmi berganti nama dari ‘Delapan Tahun Tanpa Gelar’ menjadi ‘Sembilan Tahun Tanpa Gelar’ di akhir musim, dan angka ini bisa bertambah setiap tahunnya.

Satu trofi Premier League dan satu Piala FA di Etihad Stadium sepertinya cukup memuaskan dahaganya sehingga ia memutuskan untuk bergabung dengan Liverpool. Ia hanya butuh waktu tiga tahun di City untuk bisa mengangkat kembali trofi Premier League yang pernah ia menangkan pada 2004 silam di era Invincibles Arsenal. Hal yang tak biasa terjadi pada transfer Toure, dari klub bergelimang harta yang punya peluang juara lebih besar, ia hijrah ke klub yang faktor finansial dan faktor kemungkinan juaranya lebih kecil.

Apapun alasannya, toh bek timnas Pantai Gading ini pasti akan berkilah dengan mengatakan bahwa dirinya sudah tidak diminati lagi di City, berdasarkan minimnya jam terbang yang diberikan padanya. Toure pasti akan menganggap pemain seperti Paolo Ferreira adalah pemain bodoh, yang meski sudah tidak dibutuhkan tapi mau duduk manis di bangku cadangan Chelsea hampir di setiap pertandingan walaupun dibayar gaji yang cukup mewah. Dalam hal ini, Toure tak bisa menyamakan dirinya dengan Ferreira. Ya, ia jauh lebih banyak maunya.

Dalam sebuah wawancara yang saya baca di tempat latihan Liverpool di Melwood, Toure mengatakan bahwa meski Liverpool bukanlah tim yang ada di empat besar, tapi Liverpool adalah tim yang punya sejarah dan kualitas. Entah kenapa, sejak menggunakan jersey The Reds cara berpikir Toure layaknya fans Liverpool yang amat sangat akrab dengan kata sejarah. You don’t live in history, do you?

Toure juga mengatakan bahwa klub barunya itu adalah klub pemenang. Yeah, right. Ia hanya berusaha menjual kecap untuk memenangkan hati para fans Liverpool. Klub yang menjadikan Kenny Dalglish sebagai dewa di Anfield ini memang merupakan klub pemenang dan mendominasi sepakbola Inggris dan cukup ditakuti di Eropa. Tapi itu tahun 80-90an. Sekitar 20 tahunan lalu. Sudah lama sekali.

Setelah resmi menjadi pemain Liverpool, ia meremehkan dua mantan klub yang pernah membesarkan namanya, Arsenal dan City. Bisa dilihat ketika ia menyarankan Luis Suarez untuk bertahan di Anfield, karena punya peluang untuk memenangkan gelar lebih banyak dibanding mantan klub yang pernah ia bela selama tujuh musim itu. Ia juga menyatakan kekecewaannya pada City karena tak dilibatkan di Liga Champion musim lalu. Ini lucu, meski punya tempat di skuad utama sekalipun, toh ia juga tahu bahwa dirinya tak bisa bermain di Liga Champion untuk Liverpol musim depan.

Liga Champion adalah kata asing yang sudah lama tak didengar oleh para pemain Liverpool dan juga seluruh fansnya. Saya yakin tak ada satupun orang di Anfield ingin membicarakan tentang Liga Champion saat ini. Penyakit amnesia mendadak mereka akan kambuh, jika anda membicarakan mengenai hal ini pada mereka.

Toure adalah salah satu contoh pemain hebat yang tidak tahu bagaimana cara menghormati klub yang pernah ia bela. Sebagai seorang pesepakbola profesional, ia mungkin belum cukup sukses. Namun sebagai seorang penjual kecap, ia jagonya.

Source: www.bolatotal.com

Rabu, 10 Juli 2013

Audisi Amunisi Di Stamford Bridge


Setelah enam tahun lamanya pergi dari Stamford Bridge, Jose Mourinho pun kembali dan mengadakan audisi untuk skuadnya musim depan.

Mourinho cukup lama tinggal di Milan dan juga Madrid, tapi hal itu tak membuatnya lupa akan kota London. Ya, ia meninggalkan hatinya di London. Tepatnya di Fulham Road, West London. Oleh karena itu ia memilih untuk kembali menukangi Chelsea, sekaligus mengambil hatinya yang tertinggal di sana.

Meski resmi meninggalkan Chelsea pada 2007 silam, Mourinho tak pernah sekalipun melewatkan kabar tentang mantan klubnya tersebut. Buktinya ia mendengar kabar bahwa Chelsea punya segudang pemain muda hebat yang mayoritas dipinjamkan ke klub lain untuk sekedar mencari pengalaman. Untuk mengikuti tur pra musim Chelsea tahun ini, Mourinho memanggil mereka pulang untuk mengadakan audisi bersama tim utama.

Hal itu tentu menjadi kabar baik bagi para pemain muda, semua orang pun tahu bahwa Mourinho punya daya tarik tersendiri bagi pemain sepakbola manapun. Sosok fenomenal dan tangan dinginnya menjadi faktor penting mengapa klub yang ditukanginya cukup akrab dengan trofi. Selain uang tentunya, trofi adalah tolak ukur kesuksesan bagi seorang pemain sepakbola.

Sejak kedatangan The Happy One di awal bulan Juni kemarin, tercatat sudah tiga muka baru yang resmi bergabung dengan klub yang pernah disebut sebagai The Pensioners itu. Mereka adalah Andre Schurrle, Marco van Ginkel, dan yang teranyar Mark Schwarzer. Nama terakhir bahkan resmi diperkenalkan sebagai pemain baru Chelsea baru beberapa jam yang lalu, setelah kiper veteran asal Australia itu memutuskan untuk tak memperpanjang kontraknya di Fulham untuk bergabung dengan klub tetangga.

Datangnya beberapa pemain baru ditambah dipanggil pulangnya para pemain muda Chelsea seperti Romelu Lukaku, Kevin De Bruyne, Josh McEachran, dan Nathaniel Chalobah, yang sebelumnya dipinjamkan ke klub lain membuat audisi skuad menjadi semakin ramai. Bahkan Islam Feruz, Nathan Ake, dan Wallace, pemain muda yang merupakan produk asli binaan klub pun tak dilewatkan oleh Mourinho untuk mengikuti audisi.

Pria berambut putih asal Portugal yang sudah berusia 50 tahunan itu ingin melihat langsung bagaimana talenta-talenta muda yang dimiliki Chelsea sebagai rencana jangka panjangnya. Ya, pada interview pertamanya sebagai pelatih baru di Stamford Bridge, ia menyatakan ingin bertahan untuk waktu yang cukup lama kali ini.

Meski awalnya para pemain muda diajak mencicipi skuad utama hanya untuk tur pra musim semata, tapi ini bisa menjadi panggung bagi mereka untuk unjuk gigi. Mourinho pastinya tak akan menutup mata bagi siapapun yang dinilainya punya kemampuan dan layak untuk berada di tim utamanya musim depan. Jadwal padat yang dimiliki oleh Chelsea musim depan adalah alasan mengapa ia butuh banyak pemain dengan kualitas yang tak jauh berbeda antara tim inti dan juga pemain cadangan.

Kita tahu bahwa Frank Lampard dan John Terry saat ini sudah dimakan usia, ini bisa dilihat dari kemampuan mereka yang semakin lama semakin menurun. Dua ikon Chelsea itu bisa jadi tak mendapatkan jaminan tempat utama di skuad inti musim depan. Regenerasi memang diperlukan untuk tim sebesar Chelsea, kebetulan mereka punya bibit unggul yang punya masa depan cerah. Sentuhan dan ilmu yang diberikan Mourinho juga bisa menjadi faktor penting bagi para pemain muda ini untuk bisa menjadi bintang sepakbola masa depan.

Jika saja Chelsea bisa memanfaatkan dan memaksimalkan kemampuan para pemain mudanya dengan baik, saya yakin tim ini masih akan tetap bertahan untuk bersaing sebagai yang terbaik di Inggris bahkan di Eropa dalam beberapa tahun ke depan.

Tentu saja segala sesuatunya berawal dari sini: Audisi.

Source: www.bolatotal.com

Senin, 08 Juli 2013

Ekspektasi Dan Cara Berpikir Yang Berbeda Pada United


Musim 2013-2014 adalah musim yang paling ditunggu-tunggu oleh fans Manchester United, dan juga fans semua tim rival mereka. Faktor pergantian pelatih dari tangan Sir Alex Ferguson ke David Moyes adalah alasan utamanya.

Jika anda adalah fans United, anda akan harap-harap cemas pada apa yang akan terjadi pada tim kesayangan anda musim depan. Jika anda adalah fans Manchester City, Chelsea, atau Arsenal, anda akan siap-siap tertawa jika rival tim kesayangan anda terpuruk musim depan. Jika anda adalah fans Liverpool, anda akan berharap musim depan tim kesayangan anda punya posisi yang lebih baik dari United. Entah sudah berapa lama The Reds berada di bawah bayang-bayang tim yang pernah dianggap sebagai rival terbesarnya itu.

Sebenarnya Moyes adalah pelatih bagus, tapi untuk tim sekelas Everton. Namun untuk menukangi tim sebesar Manchester United adalah sesuatu yang amat sangat jauh berbeda. Selain karena mempunyai kualitas pemain yang lebih kuat dari Merseyside Blue, United sudah mempunyai prestasi dan sejarah yang sangat besar.Otomatis hal ini akan membuat ekspektasi banyak orang pada Moyes juga akan besar. Ya, Moyes bisa menyalahkan Ferguson atas standar tinggi yang dipatok oleh kompatriotnya itu.

Everton adalah klub yang cukup ditakuti di Premier League di era Moyes, sering kali mereka menjadi kuda hitam atau menjadi faktor penting dalam penentuan siapa yang menjadi jawara di akhir musimnya. Sembilan tahun menjadi pelatih di sana, Moyes pernah membawa anak asuhnya mencicipi kompetisi tertinggi di Eropa, Champions League, karena berhasil finish di empat besar Liga Inggris. Tapi Everton adalah Everton. Klub yang bagus, namun bukanlah klub pemenang.

Selama 25 tahun berada di Manchester, Ferguson menyulap United menjadi klub yang paling ditakuti di Inggris dan juga Eropa. Tak hanya itu, ia menjadikan klub ini sebagai klub kesayangan mayoritas manusia di dunia. Anda akan menjadi seorang mainstream jika anda merupakan seorang fans Manchester United, dan untuk sebagian orang hal itu bukanlah merupakan hal yang keren.

Ketika kali pertama menjadi pelatih The Red Devils pada November 1986 silam, ia adalah orang biasa yang ditunjuk untuk melatih klub yang biasa-biasa saja. Bahkan fans United tahun 80an ingat betul ketika Ferguson membutuhkan waktu tiga musim lamanya untuk bisa memenangkan trofi pertamanya, dan itu ‘hanyalah’ FA Cup.

Setelah 25 tahun, lihatlah apa yang sudah ia menangkan. 13 titel Premier League, 5 FA Cup, 4 League Cup, dan 2 trofi Champions League. Tentu saja itu di luar trofi-trofi lain seperti: Community Shield, UEFA Cup, UEFA Super Cup, International Cup, dan juga Club World Cup. Hal ini membuat ia mencatatkan namanya sebagai pelatih dengan prestasi terbanyak di Inggris.

Jika anda adalah fans United (apalagi yang mendeklarasikan diri sebagai fans garis keras), saya ingatkan untuk mengurangi ekspektasi anda pada tim kesayangan anda musim depan. Cara berpikir yang berbeda sangatlah diperlukan di sini, anda harus melupakan tim kesayangan anda sebagai tim yang hebat seperti tahun-tahun sebelumnya, dan mulai berpikir untuk merubah diri anda menjelma menjadi seperti fans United di tahun 86. Supaya apa? Supaya jika di akhir musim 2013-2014 nanti United kembali menjadi tim yang biasa-biasa saja seperti di tahun 80an awal, anda tak akan merasa sakit hati.

Moyes memerlukan waktu untuk paling tidak bisa mendekati Ferguson dari segi pencapaian prestasi. Berbeda dengan Ferguson pada saat itu, saya yakin Moyes tak akan mendapatkan waktu yang lebih banyak di Old Trafford saat ini. United tidak bisa menunggu tiga tahun lamanya untuk tidak memenangkan apapun, bak singa lapar yang harus diberi makan setiap saat, United butuh trofi di setiap musim untuk mengukuhkan kejayaannya.

Meski dipercaya untuk meneruskan kursi kepelatihan oleh Ferguson secara langsung, proses transisi pergantian pelatih pastinya memakan waktu. Karena Moyes adalah Moyes, bukan Ferguson. Ia hanya pelatih hebat di Everton, dan untuk menjadi pelatih hebat di United ia butuh pembuktian dengan memenangkan banyak trofi seperti yang dilakukan oleh Ferguson.

Jika di Everton prestasi terbaiknya adalah membawa tim itu ke empat besar yang membuat mereka bisa mencicipi kasta tertinggi Eropa, mampukah ia membawa United memenangkan Premier League atau mungkin Champions League? Itu akan menjadi sebuah pertanyaan besar bagi fans United dan juga semua fans sepakbola di dunia.

Tentu saja itu merupakan hal yang sangat mungkin. Tapi paling tidak saya sudah menghimbau anda sejak awal untuk merubah ekspektasi dan cara berpikir anda terhadap United setelah membaca artikel ini.

Ya, sama-sama. Terima kasih kembali.

Source: www.bolatotal.com

Kamis, 04 Juli 2013

Tragedi Malam Musim Panas Di Tahun Ganjil


Beberapa hari belakangan ini malam-malam semakin terasa sepi. Tidak ada pertandingan sepakbola. Tidak ada orang-orang yang berteriak memecah kesunyian malam. Tidak ada yang rela begadangan hanya untuk duduk manis di depan televisi pos hansip di kampung-kampung atau warung kopi pinggir jalan.

Tidak ada satu hal pun yang mampu membuat jumlah maling berkurang selain sepakbola. Kebanyakan orang di negeri ini ikhlas tidur sampai larut (bahkan cenderung subuh) hanya untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding, atau karena berjudi sepakbola semata. Mereka tidak peduli nantinya harus bangun sepagi mungkin supaya tidak terlambat pergi ke kantor, belum lagi harus menerjang kondisi lalu lintas yang macet. Dan jika terlambat sampai di kantor, resiko disemprot oleh atasan yang galak sangatlah besar.

Jumlah maling yang menurun berbanding lurus dengan jumlah pegawai yang dipecat. Ya, sepakbola sudah menjadi candu untuk beberapa orang. Bak narkoba dengan zat adiktif kelas 1, sepakbola tak mampu membuat kita berhenti untuk menjadi penikmatnya Semakin ingin berhenti, kita akan semakin terjerumus ke dalamnya. Percaya atau tidak, hal ini terjadi pada saya.

Yang menjadi persoalan serius adalah ketika tayangan sepakbola berhenti ditayangkan di televisi. Sekarang-sekarang ini, contohnya. Sepakbola saat ini sedang rehat alias break liburan. Beberapa pelatih dan juga bintang sepakbola sedang memanfaatkan liburan musim panas dengan sebaik-baiknya. John Terry misalnya, ia tertangkap kamera sedang berjemur di bawah sinar matahari di sebuah pantai di Portugal. Sayang mantan kapten timnas Inggris ini membuat para paparazzi kecewa, ia membawa istrinya sendiri.

Khusus untuk para pemain Liga Inggris dengan predikat liga yang memiliki jadwal terpadat di dunia, liburan panjang seperti ini pastinya sangat ditunggu-tunggu oleh mereka. Hampir semua bintang Liga Inggris meninggalkan negeri Ratu Elizabeth itu untuk mengelilingi dunia demi me-refresh otak. Namun sayangnya liburan musim panas kali ini tidak berlaku bagi para pemain yang ikut membela negaranya di Confederation Cup seperti Luis Suarez, David Luiz, dan Fernando Torres.

Musim panas tahun ini kita hanya disuguhkan turnamen kelas pemanasan seperti Confederation Cup. Turnamen serius hanyalah turnamen para berondong seperti Euro U-21 atau World Cup U-20. Turnamen-turnamen seperti itu tentu saja sepi peminat. Mungkin hanya Confederation Cup yang lumayan mendapatkan perhatian lebih, tahun ini jumlah penonton memang meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009 atau tahun-tahun sebelumnya.

Musim panas di tahun ganjil tentunya berbanding terbalik dengan musim panas di tahun genap. Hanya di musim panas di tahun genap kita akan bergantian dihibur oleh turnamen kelas dunia seperti World Cup dan Euro. Semua orang di seluruh dunia pun bahkan tampak larut, seolah tak mau ketinggalan dalam euforia dua pesta olahraga tersebut.

Entah mengapa, terasa ganjil memang menyaksikan turnamen besar di liburan musim panas di tahun ganjil. Dan untuk membuat kalian semua semakin bingung, Olimpiade juga dilangsungkan di tahun genap, bukan di tahun ganjil. And I really don’t know why.

Tragis!

Source: www.bolatotal.com

Rabu, 03 Juli 2013

Mencari Sosok Ideal Pengganti Drogba


Kembalinya Jose Mourinho ke Stamford Bridge akan menjadi faktor penting bagi Chelsea untuk mencari sosok ideal pengganti Didier Drogba.

Drogba adalah salah satu striker tersukses yang pernah dimiliki The Blues. Ia selalu menjadi momok menakutkan bagi barisan pertahanan lawannya. Mempunyai postur badan ideal dan tenaga yang sangat kuat, ia mampu memperkosa bek-bek terbaik kelas dunia sekalipun.

Setelah hampir satu dekade bergantung pada servisnya , tepatnya pada musim panas 2012, Chelsea pun melepas striker Pantai Gading tersebut ke Shanghai Shenhua untuk bergabung dengan sahabatnya Nicolas Anelka yang sudah lebih dulu merapat ke negeri Cina.

Seiring dengan hengkangnya Drogbazooka, tombak serangan Chelsea pun menumpul. Fernando Torres yang dulu pernah jaya ketika masih berbaju merah Liverpool pun tak bisa diandalkan secara maksimal. Entah kenapa, top skorer langganan timnas Spanyol di beberapa kompetisi ini memang kurang garang jika menggunakan baju berwarna biru.

Bahkan demi menanggulangi kemandulan Torres, Roman Abramovich mempertemukan kembali striker pirang itu untuk berobat pada mantan pelatihnya, Rafa Benitez (yang merupakan musuh fans Chelsea) untuk mengembalikan kejantanannya dalam hal mencetak gol. Kedatangan Benitez di Fulham Road rupanya membuat kepercayaan diri pemain asli binaan Atletico Madrid itu bertambah, ia mulai subur meski tak sesubur ketika ia tinggal di Merseyside.

Sebenarnya Torres bukanlah sosok yang ideal untuk menggantikan peran Drogba. Selain berbeda postur, tenaga, dan pastinya warna kulit, cara main mereka berdua pun bagaikan api dan sekam. Berbeda dengan Drogba yang menggunakan body balance dan finishing yang powerful, Torres lebih sering melebar dan taktis dalam hal mencetak gol. Untuk formasi adaptasi yang ditinggalkan Mouriho dengan 4-3-3, Chelsea membutuhkan sosok sentral kokoh sendirian di depan dengan didukung dua orang pemain sayap gesit dan seksi. Dan sosok sentral kokoh itu tidak ada pada diri Fernando Torres.

Untuk mengobati kerinduan pada sosok Drogba, Januari 2013 Chelsea mendatangkan bomber Senegal dari Newcastle United, Demba Ba. Postur, tenaga, warna kulit, dan cara bermain Ba memang sedikit-banyak mirip dengan suksesornya itu. Abramovich berharap fans Chelsea bisa menemukan sosok Drogba pada diri Ba.

Ba memang baru bermain setengah musim menggunakan seragam kebesaran Chelsea, terlalu dini memang jika langsung membebankan peran Drogba padanya. Satu-satunya pemain Chelsea yang beragama muslim itu terlihat masih beradaptasi dengan cara bermain Chelsea yang tentu berbeda dengan The Magpies. Yang pasti, seperti halnya Torres, Ba tidak tampil garang seperti yang pernah ia tunjukkan di klub sebelumnya. Hal ini membuat fans Chelsea kembali merindukan sosok Drogba.

Ini membuat Chelsea kembali dikait-kaitkan dengan beberapa nama penyerang baru. Sebut saja Wayne Rooney, Robert Lewandowski, dan juga Edinson Cavani. Nama terakhir memang yang diisukan paling hebat akan segera merapat ke West London, namun harga pembatalan klausul kontraknya yang selangit tampaknya tak membuat Abramovich tertarik. Apalagi kabarnya Paris Saint-Germain siap menantang tukang minyak Rusia itu dalam bidding war, jawara Liga Perancis itu menyanggupi permintaan Napoli yang kabarnya mencapai 43 juta Pounds. Sang pemilik Chelsea itu rupanya belajar dari kesalahannya dahulu, ia pernah merogoh koceknya pada Januari 2011 sampai 50 juta Pounds ‘hanya’ untuk mendatangkan Torres yang tadi kita sudah bicarakan.

Harga beli Rooney dan Lewandowski tentu di bawah harga beli Cavani, lebih masuk akal bagi Abramovich untuk membeli salah satu dari mereka dibanding harus membobol brankas untuk membeli seorang Cavani. Of course there’s always plan B. Or plan C, memanggil pulang dan memaksimalkan Romelu Lukaku, misalnya. Pemain muda asal Belgia ini tampil garang selama ia dipinjamkan ke West Brom Albion.

Tak hanya itu, Lukaku juga merupakan sosok yang paling dekat dengan sosok Drogba. Postur, tenaga, warna kulit (yang ini sebenarnya tidak terlalu penting, entah mengapa saya ulang-ulang dari tadi), dan cara bermain Lukaku mirip dengan Drogba so far. Kebetulan juga, Drogba adalah pemain idola Lukaku. Ia pernah terlihat berfoto di Stamford Bridge, lengkap dengan menggunakan seragam Chelsea dengan nama dan nomor punggung idolanya itu sewaktu masih membela Anderlecht. Tentu hal ini menjadi alasan mengapa Lukaku lebih memilih Chelsea, adalah mimpi yang menjadi kenyataan untuknya bisa berbagi ruang ganti dengan sang idola.

Chelsea memang membutuhkan seorang striker baru yang bisa menjadi pendulang gol dari barisan paling depan. Kita semua tahu bahwa ketajaman Chelsea itu ada pada lini tengahnya, gelandang-gelandang hebat seperti Frank Lampard, Juan Mata, ditambah Eden Hazard dan juga Oscar, sering menjadi penentu kemenangan tim. Mencetak banyak gol adalah tugas seorang striker. Dan sejak kepergian Drogba, Chelsea seperti kesulitan untuk menemukan penggantinya.

Mourinho sebagai orang yang pernah menemukan Drogba ketika ia pertama kali menukangi Chelsea 2004 silam, diharapkan bisa mengulang hal ini dengan menemukan kembali sosok Drogba pada diri orang lain. Entah sosok itu ada pada Rooney, Lewy, Cavani, atau pada Lukaku. Atau mungkin The Special One punya target baru yang tak pernah kita bayangkan seperti halnya kita tak pernah membayangkan Drogba saat merapat dari Olympique de Marseille. Kalo kata anak Eat Bulaga sih: Bisa jadi.. Bisa jadi..

Source: www.bolatotal.com

Selasa, 02 Juli 2013

Dunia Masih Berada Dalam Ancaman Mahluk Asing


Brazil dikukuhkan menjadi campeƵes di Confederation Cup 2013. Seluruh umat manusia di muka bumi pun bersorak-sorai.

Brazil ngetren lagi. Semua orang mendadak Brazil. Atribut berwarna kuning yang dulu pernah berjaya, kini mulai marak kembali di toko-toko olahraga sampai ke pedagang jersey KW jalanan. Aburizal Bakrie yang kebetulan menjadi calon Presiden dari partai berwarna kuning di negara ini pun bisa tersenyum mendapatkan ‘mind campaign’ gratis atas tren warna yang sedang terjadi saat ini.

Ya, kemenangan timnas Brazil atas timnas Spanyol di partai final Confederation Cup kemarin rupanya terus menjadi pembicaraan seluruh manusia di bumi. Timnas Brazil yang diutus untuk mewakili bumi menghadapi timnas Spanyol yang mewakili planet lain ini rupanya mampu membuat kejutan. Spanyol yang terkenal dominan di seluruh galaksi yang ada di alam semesta ini pun harus mengakui keunggulan Brazil yang berhasil mempermalukan  mereka dengan skor 3-0.

Hampir semua portal bola akan mengangkat tema Brazil di dalam artikel mereka. Ini mirip-mirip tren Arya Wiguna yang sempat ramai di semua infotainment. Terlalu mainstream dan membosankan. Semua orang tampak larut dalam kemenangan Brazil dan melupakan Spanyol sebagai pihak yang kalah (atau mungkin mengalah) saat ini.

Semua orang tahu bahwa ada sekumpulan mahluk asing di bawah naungan federasi sepakbola Spanyol mendominasi sebuah cabang olahraga bernama sepakbola beberapa tahun belakangan ini. Mulai dari tim senior sampai ke berondong-berondongnya, asyik merajai hampir semua turnamen yang diselenggarakan di dunia ini. Entah apa yang ada di pikiran Sepp Blatter selaku Presiden FIFA, mengundang Spanyol ikut serta dalam turnamen olahraga antar manusia. Aneh.

Setelah bertahun-tahun menjadi raksasa di olahraga sepakbola, tiba-tiba mereka takluk dari sebuah tim lawas yang punya catatan sejarah hebat namun beberapa tahun belakangan malah melempem. Semua orang yang menyaksikan partai final tersebut mungkin terkena serangan jantung ringan karena shock melihat hasil akhir pertandingan. Ini layaknya menyaksikan pertandingan antara Barcelona vs Liverpool, dan menyaksikan Liverpool keluar sebagai pemenang setelah mempecundangi Barcelona. Mengagetkan? Saya yakin, membayangkannya saja anda tidak mampu.

Kemenangan ini akan menjadikan Brazil jagoan di bursa taruhan untuk menjadi kampiun di World Cup 2014. Selain karena turnamen akan dihelat di negara tersebut, faktor kemenangan besar atas tim juara bertahan pastinya menjadi alasan yang logis. Untuk sementara, sepakbola menjadi sebuah olahraga yang kembali menarik untuk disaksikan. Dimana sisi menariknya menyaksikan sebuah turnamen jika kita sudah bisa memprediksi siapa juara di akhir turnamen? Spanyol menjadi tim yang paling dijagokan di bursa taruhan beberapa tahun terakhir karena dominasinya tersebut.

Hanya mengingatkan, beberapa orang mungkin lupa bahwa biasanya yang menjadi juara di turnamen kelas pemanasan seperti Confederation Cup tak akan menjadi kampiun di turnamen sesungguhnya setahun setelahnya. Ya, Brazil bisa merubah sejarah memang, jika pada akhirnya mereka kembali mengangkat trofi miniatur dua manusia yang sedang memegang bumi di 2014 mendatang. Jika tahun depan hal ini kejadian, Thiago Silva pun boleh mengangkat trofi World Cup sambil meneriakkan dengan lantang “THISSS ISSS BRAZILLL!!!” ala-ala Dominic Toretto.

Artikel ini saya buat sebagai surat peringatan terbuka pada seluruh manusia di bumi. Kekalahan Aliens bernama Spanyol di Confederation Cup kemarin tak akan membuat mereka berhenti sampai di situ. Mereka punya banyak sekali waktu untuk berbenah, apalagi skuat muda mereka saat ini yang baru saja memenangi Euro U-21, tahun depan berada dalam usia emas mereka. Para berondong ini diharapakan bisa menggantikan peran para senior mereka (yang mulai termakan usia) sekaligus melanjutkan dominasi di bumi.

Spanyol akan menuntut balas atas kekalahan ini, mereka tidak akan tinggal diam untuk bisa kembali mengancam ketentraman dunia. Invasi yang akan dilakukan untuk menyerang bumi tahun depan pastinya lebih hebat dari apa yang sudah mereka lakukan tahun ini. Wahai penduduk bumi yang sempat membaca surat terbuka ini, janganlah terlalu larut dalam kesenangan atas kemenangan Brazil di turnamen pemanasan semata.

Mengapa? Kekalahan Spanyol kemarin justru sebenarnya menjadi wake up call untuk mereka. Anda bisa melihat itu di wajah Vicente Del Bosque saat menerima pengalungan medali. Yang saya ingat jelas, ia tersenyum dengan tenang saat itu. Wajahnya sama sekali tidak menyiratkan perasaan kecewa atas hasil yang tercatat di papan skor di Maracana. Jika saja saya bisa membaca pemikirannya saat itu, saya yakin ia pasti berpikir demikian: “Wahai manusia, kalian terlalu cepat puas. Trofi ini kami persembahkan pada kalian sebagai PHP saja,  kalian akan lengah tahun depan karena larut dalam kegembiraan saat ini. We’ll be back next year! Better and stronger. Be prepared!”

Hal ini membuat seluruh umat manusia tidak sadar bahwa sebenarnya dunia masih berada dalam ancaman mahluk asing. Waspadalah! Waspadalah!

Source: www.bolatotal.com