Senin, 23 Januari 2012

No Use For A Name?

"Apalah arti sebuah nama?"

Sering dari kita sering mendengar istilah tersebut bukan? Kalimat tersebut cukup akrab di kuping kita namun mungkin kurang mengerti arti dan maksudnya. Istilah ini pertama kali dikeluarkan oleh seorang sastrawan terbesar Inggris yang hidup di abad 16, William Shakespeare.


Jika saja Shakespeare masih hidup saat ini, ia pasti menyesal pernah mengeluarkan pernyataan tersebut. Gak percaya? Ini salah satu contohnya: Masih inget sama kasus sebuah Rumah Makan Padang terkenal yang berebut nama? Bahkan kasus itu sempat menyentuh ranah hukum. Itu salah satu bukti, bahwa nama itu sebenarnya hal yang cukup penting.

Nama mewakili sebuah produk, brand, atau juga merk tertentu. Biasanya orang akan memilih nama yang bagus, tepat, dan pastinya cocok untuk produknya. Sama halnya dengan nama produk, nama seseorang juga mewakili orang tersebut. Beberapa orang yang gue kenal bahkan benar-benar menjaga nama baiknya, dan menurut gue itu hal yang sah-sah saja. Karena namamu adalah brand-mu.

Gue sangat bersyukur atas nama yang diberikan kedua orang tua gue. Malvino Gladwin Mambu. Nama yang pastinya jarang, unik, dan menurut gue nama yang gak biasa. Gimana gak jarang, latar belakang pemberian nama gue yaitu sebuah kejadian yang sepertinya sulit untuk terulang kembali. Perang antara Inggris dan Argentina yang memperebutkan sebuah pulau bernama Malvinas (dalam bahasa Inggris disebut Falk land).

Malvino tentu saja berasal dari kata Malvinas, sedangkan Gladwin adalah gabungan dari kata Glad dan Win. Sampai sejauh ini, gak pernah denger ada orang yang meenggunakan nama Gladwin sebagai namanya (thank you Mom and Dad). Jangan tanyakan darimana nama Mambu berasal, itu nama keluarga. Nama yang sebenarnya aneh kalo didenger, tapi gue bangga menggunakannya.

Artikel ini gue buat berdasarkan banyaknya nama panggilan yang diberikan orang-orang ke gue. Nama panggilan mereka biasanya sih gak jauh dari nama gue, tapi beneran lucu-lucu loh. Gak percaya? Nih!

Malvin
Yang manggil gue dengan nama ini, cuma orang-orang terdekat aja. Biasanya cuma keluarga dan temen-temen kecil (temen-temen gue jaman masih SD) doang.

Vino
Nama panggilan yang paling sering digunain orang buat manggil gue sampe sekarang, ya karena emang paling simpel dan paling gampang diinget kali yah?

Maplin
Almarhum opanya sepupu gue, punya panggilan khusus kalo manggil gue. Maksudnya mungkin Malvin, tapi entah kenapa dia selalu salah manggil, jadinya Maplin. Lucu deh kalo diinget-inget lagi the way he called me. Thank you, Opa Joss!

Malv
Salah satu temen SD gue yg sekarang masih keep in touch, manggil gue dengan nama ini. Lucu yah, seumur-umur yang manggil gue gini cuma dia doang deh kayaknya. Aulia Siagian, thank you for that cute name.

Pinoh
Hahaha, baru denger aja udah ngakak. Pemberian salah satu sahabat terdekat gue di organisasi. Berhubung dia berdomisili di Bandung yang notabene gak bisa nyebut V atau F - karena pasti jadi P - jadi aja nama Vino dipelesetin jadi Pinoh. Kenapa pake huruf H di belakangnya? Tanyain sendiri ke orang Sunda, kenapa mereka suka ngomong di belakang kalimatnya ditambahin H. Pffttt. Btw, Pidah, I love you! (namanya Vida, but Pidah sounds funnier isn't it?). :p

Pinyo
Pernah deket sama cewek yang manggil gue dengan nama Pinyo. Terdengar aneh di kuping, tapi cara dia nyebutinnya kali yah yang bikin lucu? Gak lama deketnya, tapi cukup berkesan lah ya. Thank you D, I hope you're happy with him! *sekalian curcol*


Sebenarnya ada beberapa nama panggilan lain yang pernah dipake buat manggil gue, cuma kayaknya nama-nama di atas yang cukup berkesan buat gue.

Sorry Mr. Shakespeare, a name is mean so much for me. :D

Jumat, 13 Januari 2012

Ramires's New Role


 Chelsea akan mencoba memainkan Ramires di posisi baru, posisi yang cukup krusial untuk mereka.

Yang dimaksud adalah posisi sayap kanan, tempat yang sampai saat ini masih belum ditempati oleh orang yang tepat. Alasannya cuma satu, Andre Villas-Boas tidak punya pemain sayap kanan murni di skuadnya. Chelsea terus mengadaptasi formasi 4-3-3 sejak era Jose Mourinho, ini berarti dibutuhkan dua pemain sayap untuk membantu kinerja seorang striker di lini depan.

Jika di sayap kiri mereka punya Juan Mata dan Florent Malouda yang merupakan pemain asli di posisi tersebut, lain halnya dengan sisi sebaliknya. Sayap kanan adalah posisi yang belakangan dipercayakan pada Daniel Sturridge, yang sebenarnya merupakan seorang penyerang tengah.

Untuk seorang pemain tengah yang diplot lebih melebar, penampilan Sturridge memang tidak terlalu buruk. Ia adalah pencetak gol terbanyak Chelsea di Premier League, sampai saat ini ia sudah mencetak sembilan gol.

Atas penampilan gemilang musim ini, Sturridge diberikan kehormatan oleh Fabio Capello untuk merasakan debut di skuad senior timnas Inggris, ia masuk dari bangku cadangan saat Inggris mengalahkan Swedia 1-0 di laga persahabatan yang dihelat di Wembley, November lalu.

Sayangnya Sturridge sedang mengalami cidera, dan hal ini cukup membuat Villas-Boas pusing. Namun sebagai pelatih yang cukup berani bereksperimen, ia memasang Ramires sebagai pemain sayap kanan. Pemain yang sehari-hari menggunakan kawat gigi ini bermain penuh selama 90 menit dan menikmati peran barunya pada pertandingan perdana Premier League tahun ini, ketika Chelsea mengalahkan Wolves 2-1 di Molineux, 2 Januari silam.

Sukses menjalani debut di posisi barunya, Villas-Boas kembali memasang Ramires di pertandingan babak ketiga Piala FA saat menghadapi Portsmouth di Stamford Bridge, sepekan setelahnya. Hasilnya? Chelsea berpesta gol, menyingkirkan Pompey dari Piala FA dengan empat gol tanpa balas. Tak hanya itu, Ramires mencetak dua gol pada pertandingan tersebut.

Dalam hal mencetak gol, Sturridge mungkin lebih ahli daripada Ramires. Namun peran Ramires yang rajin naik-turun cukup membantu kinerja tim, mengingat posisi bek kanan adalah salah satu posisi terlemah Chelsea musim ini. Ramires bisa meng-cover Jose Bosingwa yang sering terlambat untuk kembali ke posisi bertahan.

Chelsea kehilangan konsistensinya musim ini di bawah asuhan Villas-Boas, namun pelatih asal Portugal itu mendapatkan jaminan dari sang pemilik, Roman Abramovich, bahwa ia tak akan dipecat dan bahkan dipercaya untuk membangun era baru di Stamford Bridge. Saat ini mereka tercecer di posisi empat dan tertinggal 11 poin dari Manchester City di puncak klasemen, jarak yang sebenarnya masih bisa dikejar mengingat musim yang masih sangat panjang.

Ramires adalah salah satu pemain penting di skuad Chelsea musim ini, ia bisa bermain dimana saja. Sebagai gelandang jangkar, gelandang tengah, dan kini sedang mencoba untuk bermain lebih melebar di sayap kanan, sesuai kebutuhan tim. Ketika didatangkan dari Benfica pada Agustus 2010 silam dengan harga nyaris 20 juta Pounds oleh mantan pelatih Carlo Ancelotti, ia sempat kesulitan untuk beradaptasi dengan Liga Inggris. Meski tampil kurang meyakinkan, Ancelotti tetap mempercayakan Ramires untuk bermain reguler di setiap pertandingannya. Sampai akhirnya ia mulai bangkit di paruh kedua musim lalu, dan menjadi pemain kunci Chelsea.


Sejauh ini ia sudah mencetak delapan gol untuk Chelsea di semua kompetisi musim ini, sebuah pencapaian yang luar biasa untuk pemain tengah. Dipasang agak ke depan, tampaknya pundi-pundi gol Ramires akan bertambah banyak, tentunya ini menguntungkan untuk Chelsea. Dengan absennya Didier Drogba saat ini karena menjalani Piala Afrika, dan juga masa depan yang tidak pasti di London Barat, Sturridge bisa dipasang di posisi aslinya sebagai penyerang tengah jika Drogba benar-benar hengkang.

Yang pasti, Chelsea berusaha untuk bisa bangkit di paruh musim kedua. Dan apakah Ramires mampu menjalani peran barunya dengan baik dan menjawab kepercayaan yang diberikan sang pelatih kepadanya? Dari penampilannya sejauh ini sih, sepertinya ia cukup meyakinkan. Bagaimana menurut anda?

*Artikel ini adalah milik pribadi yang dibuat untuk Super Soccer dengan judul asli: Peran Baru Ramires Di Chelsea*

Source: www.supersoccer.co.id 

Jumat, 06 Januari 2012

The Champions League Hunters


Premier League musim ini lebih berwarna, lebih seru, dan mungkin salah satu yang terketat dari yang pernah ada.

Siapa yang menyangka Manchester City akan memimpin di puncak klasemen sejak awal musim dan menjadi jawara paruh musim? Meski ditempel ketat oleh sang rival sekota - Manchester United - di posisi kedua, penampilan City sejauh ini menunjukkan bahwa mereka  merupakan kandidat terkuat untuk meraih gelar musim ini.

Namun Premier League bukan hanya didominasi oleh duo Manchester, Tottenham Hotspur juga mencuat menjadi salah satu penantang serius. Skuad asuhan Harry Redknapp hanya tiga angka di belakang United yang ada di posisi dua, dan memiliki satu pertandingan tunda.
Persaingan antara Chelsea dan United yang mendominasi - dengan bergantian menjuarai Premier League - selama tujuh musim terakhir tidak terlihat di musim ini, City dan Spurs perlahan mulai menjadi rival baru untuk United yang selalu konsisten di setiap musimnya.

Kami tidak akan membahas lebih dalam tentang persaingan City, United, dan Spurs yang tampaknya akan bersaing untuk menjadi yang terbaik musim ini, namun lebih membahas tentang satu tempat tersisa di empat besar yang sedang diperebutkan oleh empat tim yang ada di bawah ini. Siapa saja mereka?

1.    Chelsea

Kegagalan memenangkan gelar musim lalu membuat Carlo Ancelotti didepak dari jabatan pelatih di akhir musim, pelatih yang pernah memenangkan Double Winner di musim perdananya itu langsung diusir dari Stamford Bridge setelah gagal mendapatkan satu pun penghargaan di musim berikutnya. Roman Abramovich pun menunjuk Andre Villas-Boas yang saat itu sedang bersinar bersama Porto, berdasarkan pencapaian yang diraih pelatih asal Portugal itu memenangkan Treble Winner di musim perdananya melatih di sana. Namun sayang, Chelsea bukanlah Porto, persaingan di Premier League lebih ketat.  Penampilan Chelsea musim ini dianggap tidak stabil, bahkan mereka sempat menghadapi krisis kekalahan di periode akhir Oktober sampai November ketika harus takluk dari QPR, Arsenal, dan Liverpool.

Chelsea menjadi tim pertama yang berhasil menumbangkan Manchester City yang tidak terkalahkan, namun sayang setelah mengalahkan City mereka malah harus puas bermain imbang selama tiga pertandingan berturut-turut menghadapi Wigan, Spurs, dan Fulham. Bahkan menjelang pertandingan tahun baru mereka takluk secara mengejutkan di Stamford Bridge 3-1 dari Aston Villa. Kini mereka berada di peringkat empat klasemen dan tertinggal lima angka dari Spurs, Villas-Boas pun sempat mengungkapkan bahwa target Chelsea musim ini hanyalah lolos ke Liga Champion, bukan menjuarai Premier League.

2.    Arsenal

Setelah ditinggal dua pemain kuncinya, Cesc Fabregas dan Samir Nasri di musim panas kemarin, Arsenal langsung terseok-seok di awal musim. Bahkan skuad asuhan Arsene Wenger ini sempat terlempar di papan bawah. Namun kekalahan yang paling menyakitkan adalah ketika bertandang ke Old Trafford, saat mereka harus takluk 8-2 dari sang empunya stadion. Wenger pun melakukan belanja panik setelahnya menjelang bursa transfer ditutup, ia mendatangkan Per Mertesacker, Andre Santos, dan Mikel Arteta untuk menambal skuadnya yang kebetulan sedang mengalami badai cidera.

Perlahan tapi pasti, Arsenal mulai bangkit. Penampilan luar biasa Robin van Persie yang selalu menjadi penentu kemenangan Arsenal membuat mereka sempat merangsek ke empat besar, bahkan sang kapten sempat mencetak hat-trick saat mempermalukan Chelsea 5-3 di Stamford Bridge. Kekalahan atas Fulham di awal tahun ini membuat Arsenal tertahan di peringkat lima dan tak mampu menggeser Chelsea di empat besar. Musim ini mereka lolos ke Liga Champion melalui play-off, karena finish di peringkat empat klasemen musim lalu. Musim depan? Belum tentu mereka seberuntung sekarang. Oleh karena itu, jumlah poin yang hanya terpaut satu angka dari Chelsea membuat mereka bernafsu untuk bisa melampaui rival sekota mereka itu.

3.    Liverpool

Dua musim tidak bermain di Liga Champion adalah prestasi buruk untuk tim sebesar Liverpool, pasalnya di Inggris mereka adalah pemegang gelar terbanyak untuk kompetisi ini, dengan lima piala. Steven Gerrard mengangkat The Big Ears pada 2005 silam, ketika menang secara dramatis atas AC Milan melalui adu tendangan penalti setelah berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3, padahal mereka tertinggal tiga gol lebih dulu. Finish di peringkat tujuh dan enam di dua musim terakhir membuat mereka tak bisa merasakan lagi panasnya kompetisi jawara Eropa, tahun ini mereka berniat untuk kembali ke empat besar, tempat dimana mereka biasa bermukim setiap musimnya.

Musim ini anak asuh Kenny Dalglish tampil tidak konsisten. Bisa menang di kandang Arsenal dan Chelsea, dan menahan seri United di Anfield adalah sebuah prestasi yang membanggakan untuk tim manapun. Hanya Spurs dan City yang mampu mempermalukan mereka. Namun menghadapi tim yang relatif lebih lemah, Liverpool seperti kesulitan menang. Bahkan Stoke dan Fulham mampu mencuri tiga poin dari mereka, hasil ini menunjukkan bahwa penampilan Liverpool musim ini tidak stabil. Hal ini mungkin dikarenakan sang kapten Steven Gerrard, lebih banyak berkutat dengan cidera. The Reds kini hanya terpaut empat angka untuk bisa menduduki empat besar, posisi yang sulit mereka dapatkan di dua musim terakhir.

4.    Newcastle United

Menjadi tim yang tak terkalahkan sampai ke-12 sempat membuat Newcastle menempel duo Manchester di puncak klasemen. The Toon Army akhirnya harus takluk untuk pertama kalinya dnegan skor 3-1 ketika bertandang ke Etihad Stadium. Meski sempat menahan imbang United 1-1 di pertandingan berikutnya, mereka harus takluk 3-0 oleh Chelsea di kandang sendiri, dan yang paling mengejutkan adalah kalah 4-2 dari Norwich City. Kalah dari West Brom dan Liverpool di pertandingan selanjutnya membuat mereka harus tercecer ke peringkat tujuh klasemen sementara.

Newcastle memulai tahun baru dengan cukup meyakinkan, mereka mengalahkan United dengan skor telak 3-0. Gol dari Demba Ba, Yohan Cabaye, dan gol bunuh diri Phil Jones membuat tiga angka tetap bertahan di Sports Direct Arena. Meski sempat membuat kejutan di awal musim, Alan Pardew tampaknya tidak terlalu menargetkan Liga Champion untuk timnya musim depan. Hasil realistis baginya adalah Europa League, namun dengan jumlah poin yang berhasil mereka kumpulkan saat ini - 33 poin - mereka hanya tertinggal empat angka dari Chelsea yang duduk di zona Liga Champion. Jadi target untuk finish di empat besar musim ini, kenapa tidak?


Tim mana dari keempat tim di atas yang berpeluang besar untuk bisa lolos ke Liga Champion musim depan? Chelsea dan Arsenal tampaknya akan bersaing ketat untuk memperebutkan posisi tersebut, mengingat mereka berdua adalah langganan setia kompetisi tersebut. Apalagi saat ini, hanya mereka berdua yang mewakili Inggris di babak 16 besar, setelah United dan City harus gagal di babak grup secara mengejutkan.

Liverpool dan Newcastle tetap bisa mengancam duo London itu, jika mereka bisa meraih kemenangan demi kemenangan di paruh kedua musim ini. Dengan poin yang relatif dekat dan amat ketat ini, semua berpeluang untuk bisa mendapatkan jatah sisa Liga Champion musim depan. So, siapa jagoan kalian untuk bisa tampil di kompetisi elit Eropa itu musim depan?

*Artikel ini adalah milik pribadi yang dibuat untuk Super Soccer dengan judul asli: Para Tim Pemburu Jatah Liga Champion*

Source: www.supersoccer.co,id